Di sana, dua keluarga penyanyi terkenal, Rainers and the Strassers mendengarnya.
Terpikat oleh lagu "Silent Night," mereka memasukkan lagu baru tersebut ke dalam repertoar musim Natal mereka.
Suster-suster Strasser kemudian menyebarkan lagu ini di Eropa utara.
Pada tahun 1834, mereka menyanyikan lagu Silent Night untuk Raja Frederick William IV dari Prussia, dan dia kemudian sang raja memerintahkan paduan suara katedralnya untuk menyanyikannya setiap malam Natal.
Baca Juga : Bak Negeri Dongeng, Inilah 5 Destinasi Wisata Musim Dingin untuk Merayakan Natal 2018
20 tahun setelah Silent Night ditulis, Rainers membawakan lagu itu ke Amerika Serikat, dan menyanyikannya dalam bahasa Jerman di Alexander Hamilton Monument yang terletak di luar Gereja Trinity New York City.
Pada 1863, hampir lima puluh tahun setelah dinyanyikan pertama kali dalam bahasa Jerman, Silent Night kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (oleh Jane Campbell atau John Young).
Delapan tahun kemudian, versi bahasa Inggris itu dicetak dalam Hymnal Sekolah Minggu Charles Hutchins.
Hingga hari ini lagu Silent Night sudah bergema di lebih dari 300 bahasa yang berbeda di seluruh dunia, termasuk Malam Kudus yang sering kita dengar setiap Natal. (*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | UNESCO,home.snu.edu |
Penulis | : | Fahrisa Surya |
Editor | : | Fahrisa Surya |