Dan, ketika pameran itu dibuka, GM Sudarta dan Om Pasikom masih merasa sakit dan pahit.
Pada saat yang sama, ada proses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dianggap Om Pasikom sangat aneh.
Dalam beberapa perbincangan dengan penulis untuk menghabiskan malam di daerah Puncak, GM Sudarta mengatakan, menjadi kartunis sering kali terjebak dalam kepahitan hidup.
Dia selalu memprihatinkan ketidakadilan, penyimpangan, kejahatan, dan kekacauan, kemudian bersikap lewat karyanya untuk mengkritik atau memberi penyadaran.
Kepahitan GM Sudarta itu tercermin dalam karya-karyanya selama 50 tahun dan sebanyak 3000 buah di Harian Kompas.
Kepahitan itu tidak hanya sebatas perasaan, tapi juga ancaman nyata.
Bahkan, dia pernah didatangi dua panser karena karyanya, juga pernah terserang penyakit aneh.
GM Sudarta menjelaskan, kartun sudah menjadi bagian hidupnya dan dia tak bisa meninggalkannya, meski harus merasakan kepahitan.
Dalam usia 72 tahun ini, ia tak juga surut menggeluti dunianya. Justru itu yang membuatnya merasa lebih hidup.
Pencipta tokoh Om Pasikom di harian Kompas ini menegaskan, kartunis memang harus bisa merasakan dan menjiwai kepahitan hidup agar kemudian bisa membuat karya sebagai reaksinya.
"Saya sependapat dengan Jakob Oetama bahwa kartun tidak bisa melakukan revolusi. Tapi, kartun harus cerdas, tajam, dan bijak dalam memotret realitas hidup dan memberi penyadaran atau kritik yang baik."
"Setidaknya, kartun memberi tahu ada sebuah kesalahan atau penyelewengan. Kartun tidak bisa merevolusi, dia hanya mencegah kesalahan ini jangan terjadi lagi," jelasnya.
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |