Grid.id - Nasib orang memang tak ada yang tahu.
Termasuk kisah pilu dari wanita asal Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, bernama Jumiati ini.
Ia harus menjalani hidup dalam pasungan.
Siapa sangka, sebelumnya, ia adalah siswa sekolah yang dikenal sangat cerdas dan berprestasi.
POPULER - Mengaku Karyawan McDonalds, Pria ini Bocorkan Foto Dalaman Mesin Es Krim, Isinya Bikin Syok | Grid.ID https://t.co/E57oIHEThg
— Grid.ID (@grid_id) July 25, 2017
?Netizen Ngakak Lihat Aksi Perampokan Toko Emas, Perhatikan Reaksi 'Gemes' Perampok di Akhir Video
Dikutip Grid.id dari Kompas.com, inilah kisahnya :
Jumiati (23), tinggal di sebuah rumah panggung sederhana.
Dia duduk dalam ketidakberdayaan.
Kedua kakinya dalam pasungan.
Sarnin (55), ibu Jumiati, menceritakan, anaknya baru saja dipasung.
Tepatnya baru pada 23 Juli 2017.
Anaknya itu kerap mengamuk dan seperti hilang ingatan ketika marah.
Bahkan dia sering jadi sasaran amuk anak ketiganya itu.
Kisah Kasih Tak Sampai Dokter 'Gila' Carl Tanzler, 9 Tahun Tiduri Jenazah Kekasih
Bukan hanya dirinya, barang-barang seperti jendela kaca, lampu, dan televisi kerap jadi korban amuknya.
Itulah alasan rumah di mana Jumiati tinggal, tak memiliki jendela dan televisi.
Terakhir yang jadi sasaran amukan Jumiati adalah kakaknya sendiri yang tinggal persis di samping rumahnya.
Saat itu, Jumiati meminta uang Rp 500 ribu dan tak diberi. Lalu ia pun mengamuk.
Sejak amukan terakhirnya itu, keluarga tak ingin lagi mengambil risiko.
Jumiati terpaksa dipasung.
Menurut Sarnin, perangai suka marah dan mengamuk baru terjadi tiga tahun terakhir.
Itu terjadi setelah Jumiati pulang dari kediaman bapaknya di Palangka Raya.
"Dia pulang, diantar bapaknya ke bus. Sendiri. Datang jam 7 malam, lempar tas, langsung lari," tutur Sarnin pada Kompas.com, Rabu (26/72017) sore.
"Pas ditanya, 'mau ke mana?'. Dia jawab 'ada Abah, Ibu (tiri) di sana'," lanjut Sarnin mengutip ucapan Jumiati.
Ema, kakak sepupu Jumiati mengatakan, adiknya akan marah dan mengamuk bila meminta uang tak langsung dipenuhi.
Ia lebih sering marah sama ibunya.
Namun hal itu tidak akan diingat Jumiati, ketika ia dalam kondisi normal.
Ia menduga adiknya tersebut depresi.
"Tapi entah karena apa. Dia ini pendiam sebenarnya," ungkap Ema.
Siswa Berprestasi
Sarnin mengatakan, selain pendiam, semasa sekolah anaknya tergolong cerdas.
Dari SD sampai SMK ia selalu mendapat ranking.
"Dia menerima beasiswa. Mengaji pintar, buat kaligrafi pintar," ujar Sarnin.
Selepas SMA dia daftar kuliah, sebelum pergi ke Palangka Raya untuk menemui ayahnya.
Namun, sepulangnya dari ibu kota Kalimantan Tengah itu, ia mulai berubah.
Selain gampang marah dan mengamuk, ia juga terkadang pergi tak pulang ke rumah hingga berhari-hari.
"Pernah sampai sepuluh hari," ucap Sarnin.
Sang ibu pun menceritakan, Jumiati tidak senang dengan perceraian dirinya dan Purwanto ayahnya.
Ketika itu terjadi, Jumiati sudah berada di bangku kelas 1 SMP.
Jumiati mengakui anaknya ini dulu memang dekat dengan bapaknya, dan paling terpukul dengan perceraian itu.
"Kami (keluarga) enggak sakit hati. (Tapi) dia sakit hati," ungkap Sarnin.
Jumiati sendiri terlihat normal. Ia mau menjawab satu dua pertanyaan tamu dan wartawan.
Ia juga tampak senang saat difoto. Namun, saat disinggung soal perangainya yang kadang menakutkan itu, ia tak merasa melakukannya.
Kasus pemasungan ini diketahui oleh Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Barat.
Nur Aini, Kepala Dinas Sosial Kotawaringin Barat mengatakan, Jumiati, mengalami gangguan kejiwaan.
Karena itu pihaknya akan berkoordinasi dengan rumah sakit dan Dinas Kesehatan.
"Kalau ditetapkan sebagai pasien yang harus kita rujuk, ya kita rujuk ke Banjarmasin. Kalau harus dirawat di sini kami persilakan paramedis merawat di sini," kata Nur Aini. (*)
Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul : Perempuan Berprestasi Itu Kini Harus Dipasung
Bikin Syok, Nadia Vega Ungkap Sudah Lama Cerai dari Suami Bulenya: Penginnya Seumur Hidup, tapi...
Penulis | : | Aji Bramastra |
Editor | : | Aji Bramastra |