Tahun 2011 film berjudul “Lost in Papua” mengungkap kejadian bahwa ada fenomena dimana seorang pria juga bisa diperkosa, yaitu oleh perempuan suku Papua.
Film ini mengadegankan kejadian horros sex dimana Fauzi Baadilla diperkosa secara paksa dan bergiliran oleh perempuan suku Memberamo Tengah, Papua.
Merurut cerita dari mulut ke mulut, keberadaan para perempuan Suku Papua itu memang misteri adanya.
Sebagian percaya, mereka hidup di sekitar Memberamo Tengah, ada lagi yang mengatakan mereka berada di antara Waropen dan Memberamo, dan yang muncul dalam versi film Lost In Papua, perempuan suku ini berada di daerah Boven Digul.
Pada saat Fauzi Baadila dan dua pria lain tersesat di pedalamam Papua, mereka seakan tidak berdaya melanjutkan perjalanan.
(Baca: Mantan Fauzi Baadilla Ini Takut Sakit Hati)
Perempuan suku yang menemukan mereka tidak tahan untuk menahan nafsu sehingga setiap kali ada pria tersesat mereka memerkosanya demi mendapat benih keturunan sehingga suku mereka yang kebanyakan wanita tetap lestari adanya.
Kejadian dalam film itu katanya diangkat dari kisah nyata yang ditemukan di salah satu pedalaman Papua.
Padahal keberadaan suku perempuan itu sebenarnya telah dibantah tanyangan Expedisi Mamberamo yang di lakukan Yorris Raweyai dari salah satu acara di tv Swasta.
Yorris menjelaskan bahwa suku perempuan itu tidak ada, yang terjadi dalam film Lost in Papua adalah kesalahan interpretasi terhadap salah satu suku di Mamberamo.
Ketika itu ada sekelompok orang yang menuju kampung tersebut, dan karena takut, para perempuan mengambil peralatan perang dan ikut mengejar kelompok asing tersebut.
Nah, saat kelompok asing ini datang, para laki-laki di kampung itu sedang pergi ke kebun dan berburu, sehingga tidak tampak ada penduduk selain perempuan di kampung tersebut. Anggapan suku yang dihuni hanya oleh perempuan menjadi berbeda ketika dituangkan dalam film.
Yorris mengaku, saat dia masih muda, dia pernah menyusuri sungai Mamberamo ketika ia masih sebagai pemburu buaya. Setelah itu dia hijrah ke Jakarta dan menetap sampai sekarang.
“Mungkin juga yang di maksud suku perempuan adalah Suku Kiri Kiri di hulu sungai Rokfaler, yang menurut adat dalam suku, para perempuan merupakan tulang punggung ekonomi keluarga. Hal ini menyebabkan, kehidupan perempuan di sana dalam sehari harus pergi keluar kampung untuk meramu, menokok sagu dan berburu,” ucapnya.
Jadi, sepertinya kasus pria diperkosa perempuan suku Papua bisa jadi hanyalah kabar burung belaka. Atau jika pun ada dalam film, nampaknya itu tidak nyata dan hanya fiksi semata.
“Pernyataan kisah nyata di atas patut di pertanyakan, nyata menurut siapa, apakah nyata berdasarkan berita burung dari mulur ke mulut? Memprihatinkan jika tanpa riset yang mendalam, film ini dibuat dan hanya mengulang kesalahan beberapa para sineas Indonesia yang membuat film tentang Papua.
“Secara langsung Lost in Papua dapat membangun interpretasi yang buruk bagi orang Papua, yang nanti terekam adalah orang Papua Kanibal dan terbelakang. Betapa menyedihkannya!” kata pemilik blog, John Rumbiak tentang film tersebut. (*)