Akhirnya pimpinan intelijen ABRI dengan persetujuan pimpinan nasional, sepakat membantu para pejuang secara tertutup dan langsung tanpa melalui perantara AS.
Dengan adanya perintah ini maka disiapkanlah sebuah operasi intelijen membantu pejuang Mujahidin yang akan dilakukan Indonesia.
Operasi intelijen yang diberi sandi Flying Carpets (Permadani Terbang) atau disebut juga Babut Mabur.
“Operasi ini sangat tertutup sehingga hanya diketahui oleh sedikit orang,” ujar Teddy lagi.
Maka pihak ABRI langsung mengadakan komunikasi dengan para penghubungnya di Timur Tengah.
L.B Moerdani dan salah satu perwira menengah TNI AU yang juga anggota BAIS (Badan Intelijen Strategis) Pada tanggal 18 Februari 1981 bertemu di Islamabad dengan pimpinan intelijen Pakistan untuk mematangkan rencana ini.
Pertemuan ini pada intinya membahas kesediaan Indonesia membantu memberikan logistik, obat-obatan dan persenjataan kepada pejuang Mujahidin Afghanistan.
2 Jam Mengintip Kehidupan Pemadam Kebakaran, yang Pantang Pulang Sebelum Padam | Grid.ID https://t.co/vD3nNpAYSF
— Grid.ID (@grid_id) May 14, 2017
(BACA: Perempuan Ini Nyaris Meninggal Setelah Berhubungan dengan Suaminya, Ternyata Ada Sesuatu yang Pecah)
Saat itu juga dijelaskan bahwa Indonesia masih menyimpan berbagai persenjataan buatan Uni Soviet macam AK 47 dalam jumlah sangat banyak bekas operasi pembebasan Irian Barat (Trikora).
Sedangkan poin kedua ialah kesediaan Pakistan dalam membantu memberikan izin terbang (flight clearance) di Rawalpindi bagi pesawat Indonesia.
Selain itu Pakistan juga harus menyediakan truk sebagai pengangkut barang berisi senjata itu beserta pengawalannya agar sampai dengan selamat ke pihak Mujahidin Afghanistan.
Lantas dipilihlah pesawat Boeing 707 milik Pertamina yang dioperasikan oleh Pelita Air Service.
Astagfirullah, Cuma Gara-gara Kuah, Pegawai di Rumah Makan Padang Ini Babak Belur Dikeroyok Pengunjung!