"Pemantauan independen dibutuhkan di lapangan untuk segera mengungkap apa yang sedang terjadi."
Sekitar 100 ribu pengungsi telah melarikan diri dari kekerasan yang berkecamuk di Myanmar.
(Baca juga: Setiap Hari, 'Tanda Lahir' Bayi Perempuan ini Terus Membesar, Beginilah Kondisinya Ketika Dia Telah Dewasa)
The Daily Brief: Burma bloodshed; President Trump "will scrap" DACA; China; Venezuela; Cambodia; Turkmenistan; more https://t.co/ypFxRSnIIt pic.twitter.com/NULTgeBc24
— Human Rights Watch (@hrw) September 4, 2017
Rakhine sendiri sebenarnya telah jadi tempat konflik berbasis agama sejak 2012.
Sebenarnya banyak pendapat bahwa kekerasan ini bukan semata karena agama.
Crisis looms as nearly 125,000 mostly Rohingya refugees flood into Bangladesh https://t.co/JulJlzqoer pic.twitter.com/iV7c2VFYEE
— AFP news agency (@AFP) September 5, 2017
Agama hanya digunakan sebagai sampul mengapa konflik ini bisa terjadi.
Bagi Phil Robertson, "Citra satelit baru-baru ini menunjukkan mengapa penting bagi penyelidik internasional untuk diizinkan masuk ke lokasi tersebut."
(Baca juga: Sering Tampil Sporty & Kasual, Pesona Engku Emran Ini DIjamin Bikin Meleleh Kaum Hawa deh)
This satellite image shows 99% of a Burmese burned. There may be 16 more villages like this https://t.co/OzZsXpHpJF pic.twitter.com/gHhMiCiF5E
— Jim Murphy (@jimmurphySF) September 2, 2017
Ibu kot Bangladesh, Dhaka, telah meningkatkan kontrol perbatasan.
Dikutip dari PBB pada hari senin, setidaknya ada 87 ribu pengungsi Rohingya yang telah tiba di bangladesh.
Sedangkan 20 ribu lainnya kini tengah berada di perbatasan menunggu untuk masuk.(*)
Rohingya Muslims are fleeing their homes by the thousands after they say the Myanmar govt burned down their villages. pic.twitter.com/olSGVU4tTS
— AJ+ (@ajplus) September 3, 2017
Thariq Halilintar Bantah Isu Belum Move On dari Fuji Usai Kepo Postingan Aisar Khaled, Kini Klarifikasi
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |