Namun, sejauh ini kaum perempuan difabel adalah kelompok yang paling rentan menjadi korban.
Sayangnya lagi, pemaksaan justru seringnya dilakukan oleh keluarga.
Baca Juga : Biasakan Minum Air Hangat di Pagi Hari, Bisa Turunkan Berat Badan
Menurut Direktur Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA) Nurul Saadah Andriani, ada banyak hal yang melatarbelakangi.
Di antaranya adalah penyandang disabilitas rentan hamil atas pelecehan seksual.
Karena keterbatasan kemampuan kaum difabel, pihak keluarga enggan menanggung
beban dampak dari kehamilan yang tak terencana tersebut.
Sehingga akhirnya memaksa perempuan disabilitas memakai kontrasepsi, bahkan sterilisasi.
Keluarga juga biasanya khawatir dengan potensi anak yang dikandung terlahir dalam kondisi menyandang disabilitas juga.
“Perempuan penyandang disabilitas dianggap tidak cukup cakap untuk merawat anak.
Otomatis, keluarga terdekatlah yang nantinya harus merawat anak tersebut. Demi menghindari munculnya beban keluarga itu, maka munculah sejumlah kasus pemaksaan penggunaan alat kontrasepsi kepada perempuan penyandang disabilitas,” kata Nurul seperti dikutip Grid.ID.
Siapapun yang menjadi korban, sudah selayaknya mereka yang hendak memakai kontrasepsi (atau bahkan sterilisasi) memahami dengan penuh dampak dan konsekuensi yang akan terjadi pada tubuhnya.
Tak seorang pun boleh menghalangi seseorang untuk mengetahui segala informasi mengenai dampak kontrasepsi.
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya
Penulis | : | None |
Editor | : | Dianita Anggraeni |