Grid.ID - Belum lama ini pemerintah sudah menetapkan penerapan uang elektronik atau biasa disebut e-tol
E-tol ini bisa langsung digunakan bagi pengguna jalan tol yang merupakan akses berbayar bebas hambatan bagi kendaraan roda empat maupun lebih.
Namun sayangnya, penggunaan uang elektronik ini sering kali membuat arus lalu lintas dalam tol tersendat saat mendekati gardu tol.
Para pengendara mesti mengantri saat ingin melakukan transaksi biaya tol kepada petugas.
Padahal dengan membayar dengan uang pas, waktu transaksi pembayaran justru lebih singkat.
Tapi cara ini kadang menyulitkan petugas, karena sering kali pengendara membayar dengan pecahan besar sehingga petugas harus menghitung terlebih dulu uang kembaliannya.
Hal ini justru membuat antrian semakin padat, bila mayoritas pengendaran melakukan pembayaran secara tunai dengan pecahan uang besar.
Untuk memilimalisir adanya antrian panjang, pemerintah mewajibkan transaksi non-tunai di seluruh ruas tol se-Indonesia mulai, Selasa (31/10/2017).
Jika membayar dengan uang tunai pengendara membutuhkan waktu 7 detik, sedangkan dengan uang elektronik hanya membutuhkan waktu 2-3 detik saja.
Program ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT). Progeresnya baik, hingga saat ini penggunaan uang eletronik sudah mencapai 92 persen di tol seluruh Indonesia," ungkap Herry dalam Forum Merdeka Barat 9, Senin (30/10/2017), di Jakarta.
Ada pun diskusi tersebut mengambil tema "Implementasi E-toll : Mempermudah atau Mempersulit?".
Menurut Herry, program GNNT susdah berjalan sejak 2008 lalu melalui kerja sama dengan PT Jasa Marga (Perseor) Tbk dengan Bank Mandiri.
Gerakan itu kian berkobar pada tahun 2017 ini dengan hadirnya Peraturan Menteri PUPR Nomor 16 Tahun 2017 tentang Transaksi Tol Non-tunai di Jalan Tol.
Selain itu, Herry Juga melanjutkan alat pembayaran uang elektronik telah terpasang pada 344 gerbang tol seluruh Indonesia.
"Karena itu, kami berharap sisa 8 persen pengguna tol segera beralih ke uang elektronik, infrastrukturnya telah siap," ungkap Herry.
Selain mempercepat proses transaksi, penggunaan uang elektronik juga lebih praktis dibandingkan uang tunai.
"Pengendara tak perlu takut salah mendapatkan uang kembalian seperti saat transaksi masih tunai, tambah Herry.
Dari segi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT), transaksi non-tunai dapat mengurangi sirkulasi uang tunai untuk kembalian.
Menurut Vice President Operations Management Jasa Marga Raddy R Lukman, Jasa Marga mesti menyiapkan uang tunai hingga Rp 8 miliar per harinya.
"Dengan uang elektronik, risiko uang hilang atau uang palsu dapat ditekan. Kami sebagai operator hampir 70 persen tol di Indonesia menyambut baik kebijakan non-tunai ini," tuturnya.
Ia juga menjamin pihak Jasa Marga telah melakukan sosialisasi dengan maksimal terkait kebijakan uang elektronik di tol ini.
Isu yang berkembang terkait penerapan uang elektronik di tol adalah rasa khawatir akan adanya pengangguran baru.
Tapi jangan khawatir, hal ini diyakini tak akan terjadi karena pihak pengelola tol telah memikirkan secara matang mitigasinya.
Raddy menegaskan, Jasa Marga tak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sama sekali dengan penerapan elektronifikasi gardu tol tersebut.
"Jasa Marga telah menyiapkan program Alih Profesi (A-Life), dengan program itu terdapat lebih dari 900 formasi di kantor pusat, cabang maupun anak usaha Jasa Marga," ucapnya.
Pakar perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna memuji langkah pemerintah dalam menerapkan uang elektronik di tol.
Menurut Yayat, hal ini merupakan terobosan dalam sistem pembayaran transportasi.
Hal ini catatan luar biasa untuk Jabodetabok, selain kereta dan transjakarta, pemabayaran tol pun kini sudah non-tunai seluruhnya," ujarnya.
Sebagai informasi, saat ini terdapat sejumlah bank yang melayani pembayaran non-tunai di tol yakni BRI, BNI, Bank Mandiri dan BCA.
"Perwakilan dari Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Nandan Sandaya mengungkapkan, saat ini terdapat sekitar 1,5 juta keping kartu gratis yang diedarkan Himbara sejak 16 Oktober lalu.
"Jika kartu habis maka baru dikenakan harga normal," jelasnya.
Nandan juga melanjutkan, bahwa pihak perbankan mendukung sepenuhnya kegiatan pembayaran non-tunai di tol ini.
Selain itu, masyarakat juga bisa melakukan isi ulang (top uo) di bank maupn merchant yang telah bekerja sama," ujar Nandan.
Melihat optimisme dari berbagai pemangku kepentingan terhadap penerapan uang elektronik di tol, sudah seharusnya masyarakat tidak mempermasalahkan kebijakan ini.
Masyarakat justru patut berbangga karena bisa menikmati langkah maju dalam dunia transportasi Tanah Air.
Jadi, tunggu apalagi buat kamu yang belum menggunakan dan masih merasa bingung, sebaiknya segera beralih menggunakan e-tol yang praktis dan menguntungkan.(*)