Ia ditemani ayam, bertahan hidup pun dengan makanan yang sama dengan temannya itu, memakan biji-bijian, dan sisa makanan apa pun yang diberikan keluarganya.
Yang lebih menyedihkan adalah, saudara-saudara lelaki Isabel merasakan hidup seperti manusia normal.
Mereka tidur di rumah, pergi ke sekolah, dan berinteraksi dengan teman-temannya.
Baca Juga : Masjid Baabul Munawwar, Masjid Terdalam di Indonesia yang Tersembunyi 1.760 m di Perut Bumi
Sampai akhirnya, orang-orang di Tabua tahu tentang kondisi Isabel, tapi tidak satu pun dari mereka yang mengecam keluarga itu atau bahkan melaporkannya pada pihak berwenang.
Tabua hanya pedesaan kecil pada masa itu, dan orang lebih fokus serta sibuk bekerja di ladang daripada terlibat urusan tetangganya.
Meski begitu, tahun 1976 Isebel pernah memiliki kesempatan untuk melarikan diri dari penjara tak manusiawi itu saat bibinya memprotes perlakuan keluarga Isabel dan mendesak mereka untuk memeriksakan anaknya ke dokter.
Baca Juga : Suka Makan Semangka? Jangan Dikonsumsi Bila Menemukan Tanda-Tanda Ini!
Dokter di Coimbra pun mendiagnosis Isabel memiliki gangguan mental parah dan menyarankan untuk dirawat di rumah sakit guna rehabilitasi.
Tapi percuma, tidak ada rumah sakit yang mau menerimanya, sang bibi pun harus membawanya kembali ke kandang.
Titik terang muncul pada tahun 1980 ketika Mara Bichao teknisi radiologi di Rumah Sakit Torres Vedras, mengungkap kasus gadis itu ke media.
Baca Juga : Peringatan Bagi Orang Tua! Seorang Balita Mengidap Kanker Darah Akibat Kecanduan Gadget
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |