Justru hal itu malah membuat semangat remaja berkacamata itu kian membara.
Dia terus berusaha menyempurnakan penelitiannya baik dari sisi teori hingga penulisannya.
Sebab, remaja kelahiran Yogyakarta ini yakin suatu saat penelitiannya akan diterima.
"(Saya) tidak menyalahkan panitia, tetapi diri saya sendiri dan mengevaluasi. Mungkin cara saya menyampaikannya kurang tepat sehingga mereka sulit memahami, jadi terus disempurnakan sampai-sampai membuat delapan versi," ujarnya.
(BACA: Selamat! Rilis Album Jepang, TWICE Raih Prestasi Ini)
Pantang menyerah
Belasan kali gagal tak membuat Farrel menyerah.
Sebab, prinsip hidupnya, menyerah bukanlah solusi dan menyerah adalah kesalahan dalam hidup.
Karenanya, dalam kamus hidup Farrel tidak ada kata menyerah.
"Thomas Alva Edison 1.000 kali gagal, mosok saya baru 11 kali terus menyerah.
Untuk jadi Alva Edison saya butuh 989 kali mencoba, saya hitung terus dan masih lama, masih lama," urainya.
Sampai suatu hari, Farrel melihat sebuah pengumuman dari Google di media online tentang lomba penelitian.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adrie P. Saputra |
Editor | : | Adrie P. Saputra |