Grid.ID – Hanya tinggal menghitung hari umat muslim di dunia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Biasanya, untuk menentukan hari pertama bulan Ramadhan, pemerintah Indonesia meliputi Kementerian Agama (Kemenag), BMKG, LAPAN dna berbagai pihak terkait akan mengadakan sidang isbat.
Bagian terpenting dalam sidang isbat ialah pemantauan hilal.
Hilal atau bulan sabit muda pertama merupakan tanda dari permulaan bulan dalam kalender Islam.
Seperti definisi di atas, hilal merupakan salah satu fase bulan.
Hal ini berarti, hilal juga seperti bulan purnama atau gerhana bulan yang bisa dihitung dan diperkirakan dengan metode astronomi masa kini.
Lalu, apakah hilal untuk bulan Ramadhan tahun ini juga bisa dihitung?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Kompas.com menghubungi Rukman Nugraha, peneliti muda BMKG.
Menurut Rukman, karena hilal adalah salah satu fase bulan maka secara umum proses penghitungannya sama saja.
"Mungkin perbedaan mendasarnya adalah Hilal itu dihitung pada saat Matahari terbenam hingga bulan terbenam," ujar Rukman melalui pesan singkat.
Baca Juga : Sosok Pangeran Hisahito, Pangeran Berusia 12 Tahun Calon Penerus Kaisar Jepang
"Sementara fase-fase lain, utamanya fase bulan baru, fase setengah purnama awal, fase purnama, dan fase setengah purnama akhir waktunya tidak tetap, bisa pagi, siang,atau malam," imbuhnya.
Rukman menyebut saat ini, perhitungan posisi hilal sudah sedemikian akurat, hingga orde titik busur.
"Sebagai catatan sati detik busur itu adalah ukuran satu derajat dibagi oleh angka 3600. Karena itu, dapat dikatakan, prediksi posisi hilal secara astronomis sangatlah akurat," tutur Rukman Meski begitu, Rukman juga menjelaskan ada setidaknya 5 hal yang perlu kita pahami untuk bisa menghitung data hilal.
Baca Juga : Lihat Deretan Koleksi Sepatu Mewah Amora Lemos Anak Krisdayanti
Pertama, kita perlu tahu tentang waktu fase bulan baru atau juga dikenal sebagai fase konjungsi atau ijtima'.
Kedua, hilal juga dipengaruhi oleh waktu terbenam matahari dan bulan di lokasi yang dihitung. "
Ketiga, informasi astronomis hilal pada saat matahari terbenam (hingga saat bulan terbenam).
Informasi astronomis yang dimaksud adalah tinggi hilal, elongasi, umur bulan, lag, dan fraksi illuminasi bulan," kata Rukman.
Baca Juga : Lakukan Wisata dengan Perahu, Pria ini Pulang dengan Bakteri Mengerikan yang Memakan Dagingnya
Keempat, Perbandingan antara data yang dihitung tersebut dengan kriteria visibilitas Hilal yang digunakan di Indonesia.
"Misalnya, kriteria wujudul hilal, kriteria MABIMS, atau kriteria LAPAN. Jika data hilal tersebut memenuhi kriteria yang digunakan, maka bulan baru berikutnya pada kalender hijriah akan berlaku," ujar Rukman.
Kelima, menurut Rukman, jika rukyat akan dilaksanakan maka data Hilal tersebut berfungsi sebagai panduan bagi pengamat.
Baca Juga : Ziarah Bersama Keluarga dan Reino Barack, Syahrini Tetap Pakai Sandal Seharga Jutaan Rupiah
"Karena itu perukyat harus memahami data hilal yang telah dihitung sebelumnya," tegas Rukman.
Awal Ramadhan 2019 "Sebagai contoh hal ini adalah pada penentuan awal Ramadhan nanti, data hilalnya akan memenuhi ketiga kriteria (visibilitas hilal) di atas.
Karena itu, secara perhitungan puasa Ramadhan 1440 H akan bersamaan pada 6 Mei 2019,".
Baca Juga : Nenek ini Beri Makan Babi dengan Daging Manusia, Terungkap Kasus Hilangnya Sang Suami
Hal ini juga mengacu pada prakiraan hilal saat matahari terbenam pada 5 Mei 2019 mendatang.
Prakiraan ini, kata Rukman, merupakan data hasil perhitungan atau hisab dengan menggunakan metode astronomis modern.
"Jadi, ilmu astronomis diperlukan dalam memprediksi data astronomis hilal, yaitu tinggi hilal, elongasi, umur bulan, lag, dan fraksi illuminasi bulan," ujar Rukman.
Menurut data yang dipublikasikan oleh BMKG, informasi Hilal saat Matahari terbenam, pada hari Ahad, tanggal 5 Mei 2019 M sebagai penentu awal bulan Ramadhan 1440 H.
Baca Juga : Lihat Penampilan Aurel Hermansyah saat Hadiri Acara Ultah Adie Bakrie Suami Nia Ramadhani
"Pada intinya, data hilal itu dihitung pada saat matahari terbenam, karena nantinya diperlukan pada saat rukyat dilaksanakan," kata Rukman.
"Saat ini, BMKG juga melakukan pengamatan/ rukyat Hilal yang tersebar di seluruh Indonesia.
BMKG melakukan rukyat Hilal setiap bulan, bukan hanya saat ramadhan, Syawal atau Dzulhijjah saja," imbuhnya.
Lokasi rukyat atau pengamatan hilal Tim BMKG saat ini ada 30 lokasi. 26 di antaranya, bahkan akan melakukan live streaming.
Rukman menyebut hal ini dilakukan agar masyarakat luas bisa mengetahui proses rukyat hilal.
Baca Juga : Lihat Deretan Koleksi Sepatu Mewah Amora Lemos Anak Krisdayanti
Dengan kata lain, perhitungan astronomis atau hisab merupakan data awal untuk menentukan awal Ramadhan.
Namun, perhitungan tersebut perlu dibuktikan dengan pengamatan atau rukyat. (*)
Baca Juga : Syahrini Tampil Anggun Kenakan Gaun dan Mahkota Mewah di Acara Resepsi Pernikahannya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisa Dihitung Secara Astronomis, Kapan Awal Ramadhan 2019?"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |