Setelah itu, dia bilang kalo dia dan OB1 menemukan konten di GRUP Whatsapp yang bisa menyulitkan gw untuk bisa masuk Singapore. Gw tanya, "Bisa liat gambar yang mana? Siapa tau bisa gw jelasin". OA1 bilang "We'll show you later at the office". Kemudian gw dipindahkan ke room lainnya, lebih tepatnya ke ruang kantor kayaknya, karena banyak petugas di depan laptop kayak lagi bikin BAP ke orang-orang lain yang nasibnya sama kayak gw. Disitu gw disuruh menunggu di dalam ruangan "Holding Room 3" yg agak kecil bersama sekitar 6-7 orang lainnya. Tempat penampungan bagi orang2 yang mereka anggap bermasalah.
Di ruangan ini gw liat semua orang Indonesia. Ada orang yang perawakan dan bicara cakap melayu (kayaknya asal tanjungpinang), WNI keturunan Chinese (ada yang pakaian kurang rapih, ada juga yang berpakaian dandy dan necis mirip boss besar), ada juga Ibu-ibu berhijab yang bersama anaknya. Berlama-lama di ruangan ini bikin gw mikir "kayaknya gw bakalan dipulangin ke Batam nih".
Setelah nunggu 15 menitan, gw dipanggil untuk proses wawancara selanjutnya, kali ini kayaknya Big Boss dari kantor imigrasi di HF, soalnya terlihat kalo dia yang mengambil keputusan apakah seseorang boleh masuk ke Singapore. Bapak ini (BB1, sebut saja begitu) adalah dari Ras India, umur sudah cukup senior, gak pake seragam, dan didampingi penerjemah bahasa Melayu karena dia ga bisa bahasa Melayu. Wawancara dilakukan di "Holding Room 1" dimana cuma gw doang yang ada di ruangan itu.
Skip skip, BB1 langsung to the point, sambil bawa HP gw, dia bahas soal gambar di GRUP Whatsapp (FYI, dalam grup whatsapp, setiap kiriman gambar, video dari member lain, otomatis akan tersimpan di direktori "Whatsapp/Media, Links and Docs"). Gambar yang dipermasalahkan antara lain:
Gambar korban bom,
Gambar pelaku bom bunuh diri,
Gambar bendera hitam Rasulullah,
Gambar Ust. Arifin Ilham latihan pedang,
Gambar Ust. Arifin Ilham pamer istri 4 (kalo ini gw ngarang).
Dia nanya, kenapa gambar-gambar ini ada di grup whatsapp gw? Awalnya dia langsung judge kalo gw yang kirim gambar-gambar ini. Dia bilang gw ga bisa masuk Singapore karena gambar-gambar ini ada di whatsapp gw. Akhirnya gw jelasin pelan-pelan alur proses tersimpannya gambar tersebut di whatsapp, bahwa itu dari anggota grup lain, bukan gw. Lagi pula gw bilang "I do not support violence. Islam means peace. I came with peace".
Kemudian juga ditanyakan, "Kalau bukan gw, trus kenapa masih disimpan/tidak dihapus?", "Ini grup WA apa sebenarnya?", "Apa aja yang dibahas di grup?", "Siapa aja member grup itu?", dst. Pelan-pelan gw jelasin. Bagusnya mereka masih mau konfirmasi dan masih bisa nerima penjelasan. Dan setelah penjelasan panjang disertai dengan pembuktian-pembuktian, dia bilang "Oke, kamu boleh masuk ke Singapore, tapi next time mungkin bakalan dicekal karena gambar-gambar ini ketauan saat diperiksa. Tidak hanya di Singapore, bisa jadi di negara lainnya juga. Baiknya gambar-gambar seperti ini dihapus sebelum mengunjungi negara lain". Gw cuma senyum dan mengangguk tanda setuju.
Pelajaran dari kejadian bagi para travelers adalah:
Prosedur pemeriksaan HP untuk mencari konten mencurigakan memang benar adanya/bukan HOAX, bahkan sudah diterapkan di negara tetangga seperti Singapore;
Bagi yang penampilannya punya ciri sunnah seperti jenggot, jidat hitam, celana gantung, akan meningkatkan potensi kena random sampling, terutama terkait Islamophobia;
Kalo niat traveling, baiknya berpakaian rapih supaya memberikan kesan yang lebih meyakinkan;
Bila dirasa perlu, bawalah dokumen pendukung seperti name tag kantor, kartu organisasi, atau apapun itu untuk lebih meyakinkan petugas imigrasi di daerah tujuan; dan
Bila terkena random sampling, ga usah panik kalo emang ga ngerasa punya salah. Tenang dalam menjawab, berikan jawaban yang clear dan konsisten, ceritakan kejadian secara runut/nyambung.
Phew panjang ya, tapi semoga ada manfaatnya.
Hingga Selasa (19/12/2017), tulisan Muhammad Fajar Alfath sudah dibagikan sebanyak 1138 kali dengan 27 komentar.
Rekan Fajar yang menjadi followenya pun berkomentar.
Fajar pun hanya menimpali bahwa pemeriksaan ini adalah wajar dan menjadi bagian dari SOP. (*)
(Menikah Muda di Usia 20-an, 7 Selebriti Wanita Ini Tinggalkan Dunia Hiburan Demi Keluarga)