Apa saja dampak buruk dari kebiasaan mencubit pipi bayi karena gemas?
Dilansir Grid.ID dari berbagai sumber, ternyata kebiasaan meremas pipi bayi karena gemas memiliki dampak tak hanya pada bayi.
Diwartakan dari nationalgeographic.com, menurut penelitian pada tahun 2015 di Psikologi Sains, psikolog Universitas Yale Oriana Aragon dan tim menemukan bahwa orang yang memiliki reaksi yang sangat positif terhadap gambar bayi lucu juga "menampilkan ekspresi agresif yang lebih kuat," seperti ingin mencubit pipi bayi.
Ekspresi agresif itu secara tak sadar juga bisa berubah menjadi arogan, seperti meninggalkan bekas kuku di pipi bayi.
Menurut pemimpin studi Hiroshi Nittono , direktur Laboratorium Psikofisiologi Kognitif di Universitas Hiroshima Jepang, ketidak sengajaan melukai itu sebagai wujud dorongan negatif terhadap kelucuan bayi.
Tak hanya menunjukkan sifat agresif pada pelaku yang mencubit pipi bayi, kebiasaan itu sendiri bisa berdampak buruk pada bayi.
Baca Juga: Viral! Diajak ke Kondangan oleh Orangtuanya, Seorang Bayi Alami Luka Mengerikan di Bagian Pipi
Dilansir Grid.ID dari laman tabloid nakita via Kompas.com, ternyata mencubit pipi bayi dapat berdampak buruk seperti yang disampaikan Wanda Anastasia, MPsi, psikolog dari LangkahKu dan Klinik Pela 9.
Trauma
Bayi bisa menjadi trauma akibat merasa "disakiti" saat dicubit pipinya.
Baca Juga: Miris! Bayi 8 Bulan Ditusuk 90 Kali karena Menggigit Puting Ibunya Saat Menyusu
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | Kompas.com,WebMD,nationalgeographic.com |
Penulis | : | Novita |
Editor | : | Novita |