"Baunya tidak enak. Tapi demi anak, saya kuat-kuatkan itu. Saya tahan nafas dan mulai mencari anak saya. Saya sampai ke bawah ini, tubuh anak saya sudah tidak ada," jelasnya.
Ia lantas menyelam dan mencari tubuh anaknya. Selanjutnya, ia menemukan tubuh anaknya Suparno, dan disusul Junaedi, cucunya.
Ia lantas mengangkat dan mengikatnya dengan tali.
Mbah Jamil, sapaan akrabnya lantas meminta warga di atas untuk menarik tali itu ke atas.
Perjuangannya pun belum selesai. Sampai di atas, mbah Jamil mendengar teriakan warga bahwa masih kurang satu.
Ada Mujiono yang belum ditemukan.
"Loh saya tidak tahu kalau Mujiono ikut tenggelam. Setahu saya , Mujiono ini biasa ikut saya menjaga portal, kok sudah bisa di sini. Tapi, saya tidak memikirkan itu dan saya langsung cari dia," imbuhnya.
Ia menyelam lagi ke dalam.
Sayang, usahanya gagal.
Beberapa kali menyelam , ia tak menemukan tubuh anak pertamanya ini.
Ia sempat putus asa dan tidak kuat lagi menahan bau menyengat di dasar galian. Namun, ia kembali mencobanya sekali lagi. Di percobaan terakhir, ia berhasil melihat kaus yang dikenakan Mujiono.
Ia tarik kaus itu. Namun, kausnya molor dan sobek. Mbah Jamil pun akhirnya menarik tangan anaknya itu.
Setelah berhasil ditarik dari dalam galian, ia meminta warga menurunkan tali untuk mengangkat Mujiono. "Terkahir saya, saya rasanya sudah tidak kuat, dan sempoyongan saat jalan," katanya sambil meneteskan air matanya.
Mbah Jamil mengaku, Mujiono dan Suparno ini merupakan anak kesayangannya. Keduanya sangat berbakti pada orang tua.
Ia tidak menyangka nasib dua anaknya akan seperti ini. "Semoga amal dan ibadah mereka diterima. Saya minta maaf kalau saya punya salah. Tapi yang harus jadi pelajaran, kalau mau apa-apa rundingan sama orang tua, biar saya carikan hari baiknya apa," tutup Mbah Jamil. (*)
Berjuang Halalin Pacar di Jepang dan Sudah Dilamar, Pria Wonogiri Berujung Ditinggal Nikah: Tak Kusangka
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |