Setelah itu, berturut-turut pada bulan September, Oktober, dan November 1980 diterbitkan cetakan ke-2 sampai dengan ke-4 yang juga sudah habis terjual.
Bahkan, dalam periode satu tahun (1980-1981) telah dicetak ulang sebanyak 10 kali.
Baca Juga: Syuting Film Terbaru James Bond, Daniel Craig dan Naomie Harris Tampak Sangat Tegang!
Cetakan kelima dilakukan pada bulan Februari 1981 yang kemudian dilarang beredar oleh kejaksaan agung.
Alasannya, buku ini menyuarakan paham Marxisme-Leninisme dan Komunisme.
Namun, dengan berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada tahun 1998, novel Pramoedya itu kembali mengalami cetak ulang yang keenam pada bulan Februari 2001 meskipun secara resmi larangan peredarannya belum dicabut oleh pemerintah.
Pada September 2005, buku ini diterbitkan oleh Lentera Dipantara Bumi Manusia merupakan buku pertama dari empat seri novel yang dikenal dengan Tetralogi Pulau Buru.
Pada kulit depannya terdapat semacam penekanan bagi novel itu yang berbunyi "Roman karya Pulau Buru". Seri novel selanjutnya, yaitu Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Sejak kemunculannya, novel itu langsung merebut perhatian pembaca. Novel itu tidak saja dibaca dan dibicarakan di Indonesia, tetapi juga telah merebut perhatian di luar negeri.
Bahkan novel itu telah dibicarakan di forum internasional dan berbagai meia massa, misalnya dalam Volksrant yang terbit di Nederland.
Di London novel itu dibicarakan dalam majalah South (The Third World Magazine). Majalah Eastern Economic Review telah memuat resensinya dan Nederland Rotterdamse Courant di Rotterdam telah memuji kehebatannya.
5 Shio Paling Cocok dengan Pasangan Tipe Family Man, Sama-sama Berorientasi pada Keluarga
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |