Biaya operasionalnya pun lebih besar pasak daripada tiang.
Di luar honor guru saja, gedung sekolah tiga lantai itu butuh perawatan.
Wakasek akhirnya memutuskan, kegiatan belajar di sekolahnya memakai sistem moving class agar ruangan-ruangan kelas yang tak terpakai bisa digunakan dan tetap terawat.
Hanya, untuk menghemat biaya operasional, pendingin ruangan tak lagi digunakan.
"Tadinya ada 12 kelas, sekarang tinggal 3, kami siasati moving class saja. Kami buat ruang musik, termasuk ruang (belajar) agama."
"Ruangan enggak dipakai kan rusak. Meja dan kursi lapuk, pasti. Peralatan elektronik, keyboard, organ, seperti angklung-angklung juga. Angklung enggak pernah dipakai kan lembab, lembab suaranya berubah," ungkap Wakil Kepala Sekolah.
Kerusakan memang sudah terlihat di sekolah tiga lantai, dimana langit-langit lantai tiganya lepas, lantainya menguning, akses menuju aula dikunci karena tak signifikan lagi fungsinya.
Di sisi lain sekolah, kolam beton yang baru separuh jadi tak dilanjutkan pembangunannya.
Wakil Kepala Sekolah menyebut, sumber pendanaan operasional sekolah praktis tinggal mengandalkan dana yayasan yang diperoleh dari hasil subsidi silang dengan SMP-SMP swasta naungan yayasan yang masih banyak peminat di Jakarta.
Tanpa itu, keuangan sekolah tersebut mengalami defisit.
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Kompas.com,TribunJakarta.com |
Penulis | : | Asri Sulistyowati |
Editor | : | Asri Sulistyowati |