Sebagian pertanyaan ini terjawab ketika pihak concierge melarang kami berjalan kaki keluar hotel.
Kami hanya boleh bepergian dengan mobil atau taksi resmi yang dipanggil hotel.
Ketika sempat berkelana ke pusat kota alias CBD Port Moresby, suasana terlihat biasa-biasa saja.
Namun, hampir setiap bangunan, baik hotel maupun perkantoran, selalu dijaga ketat dan dikelilingi tembok tinggi dengan kawat berduri dan CCTV.
Di jalan-jalan, tampak people mover vehicle (PMV) atau angkutan umum, tetapi yang berkeliaran di jalan dengan bebas umumnya hanya ras Melanesia.
Meski PNG merupakan negara multietnis dan multiras serta banyak pekerja asing, orang-orang ini kebanyakan bepergian dengan kendaraan pribadi.
Kawasan-kawasan tertentu juga dihindari pada malam hari.
(Mbah Mijan Menjawab Siapa Perempuan yang Ada di Video Vulgar yang Sedang Viral)
“Port Moresby is one of the most dangerous capital city in the world,” demikian komentar resepsionis hotel berwajah Asia Tenggara.
Gadis manis ini ternyata berasal dari Filipina.
“I am not familiar with the city because I am not from here, ” katanya ketika saya minta saran tentang tempat-tempat yang wajib dikunjungi.
Jadi, meski gadis ini sudah enam bulan bekerja, selama itu pula dia cuma hidup di antara hotel dan di asrama karyawan.