Menurut informasi, ada beberapa kelompok raskol kenamaan di sana, seperti Bomai, Kip Koboni, Mafia, dan 585.
Kelompok Bomai termasuk yang paling ditakuti dan konon bermarkas di kawasan 4 Miles.
Mereka melakukan segala bentuk kriminalitas, mulai dari mencuri, menggarong, membegal, membajak kendaraan, bahkan sampai memerkosa.
Oleh karena itulah di kota ini bukan hanya para ekspatriat, melainkan juga penduduk lokal yang sudah mapan ikut menggunakan jasa pengamanan.
Ada pula kelompok Kip Koboni yang bermarkas di Kaugere, sebelah selatan kota.
Bahkan, kelompok ini memiliki klub rugbi tersendiri, yaitu Kaugere Buldog.
(Tak Hanya Olivia Nova, Inilah 4 Artis Film Porno yang Meninggal Dunia di Usia Muda)
Anggotanya umumnya berasal dari suku Motu yang berasal dari pesisir di sekitar Port Moresby.
Pertarungan antarkelompok suku juga kadang-kadang meramaikan dunia hitam di Port Moresby. Selain suku Motu, ada juga suku dari pegunungan, yaitu suku Tari.
Mahalnya rasa aman membuat pendatang ataupun sebagian elite penduduk lokal hanya bisa menikmati keindahan kota ini dari balik kendaraan atau bangunan yang dikurung alat pengamanan.
Untuk bepergian terkadang harus beriringan dan dikawal ketat bak rombongan pejabat di Indonesia.
Dengan kondisinya itu, tak heran jika bisnis yang paling menguntungkan di kota ini adalah bisnis pengamanan.
Dampak lain, harga-harga dan biaya hidup menjadi jauh lebih mahal dibandingkan dengan di kota lain.
Dalam pengamatannya, harga hotel di kota ini juga merupakan salah satu yang paling mahal di dunia, nyaris menyamai Tokyo dan New York.
(Siapa Marion Jola? Ini Dia 5 Fakta Kontestan Indonesian Idol yang Namanya Jadi Trending)
Artikel ini juga tayang di Intisari Online dengan judul Inilah Kota Paling Berbahaya di Dunia, Letaknya di Sebelah Indonesia