Di satu sudut, pengunjung pun disuguhi pajangan kain Sumba, Sulawesi.
Kain bagi penduduk Sumba memiliki peranan penting menggambarkan kultur adat masyakarat. Dipakai pada upacara pernikahan hingga kematian.
Saya pun teringat pernah diberikan oleh-oleh kain Sumba oleh Kakak Merlin, penduduk yang sempat memberikan tumpangan tinggal.
Di sudut lain, pajangan topeng cukup mencuri perhatian. Ini dibuat oleh Pak Buda Tama Lewat beliau saya pun mendapatkan banyak cerita kehidupan.
Bagi saya kedai ini menjadi salah satu wadah untuk mengenalkan karakteristik budaya dari berbagai daerah asal saudara-saudara yang saya temui dalam perjalanan.
Ini jadi bentuk kehormatan dan rasa terima kasih saya terhadap mereka.
Selain itu, tempat untuk berbagi cerita soal kehidupan dan budaya. Harapannya ke depan tidak hanya memajang segelintir namun segudang Kebudayaan Indonesia.
Sampai sini, saya rasa mimpi Jejak Pengembara mampu diakhiri. Namun, petualangan lain baru saja dimulai.
Bila dulu gaya perjalanan tidak memiliki tujuan dan cenderung nekat, sekarang lebih harus berhati-hati dan terencana karena mimpi saya selanjutnya adalah bisa menginjakkan kaki kali kedua dari Sabang sampai Merauke bersama anak perempuan saya, Sunmoonstar!
“Jangan takut wujudkan mimpi yang dianggap orang mustahil. Komitmen melangkah dan sampai ke titik terakhir
(Dorris Jane Nainggolan)