Pasalnya, ia akan dengan mudah naik ke jaringan otak melalui saraf penciuman hingga menggerogoti sel-sel di dalamnya.
Menurut bahasa kedokteran, ini disebut meningoensefalitis amoeba primer.
Biasanya orang yang telah terinfeksi akan mengalami gejala sakit kepala, mual dan muntah seperti gejala flu biasa.
Baca Juga: Satu Buah Apel Ternyata Mengandung 100 Juta Bakteri, Baik atau Buruk Bagi Kesehatan?
Namun, perkembangannya yang begitu cepat membuat penyakit ini susah dideteksi hingga seringkali penderita meninggal dunia hanya dalam kurun waktu satu hingga dua minggu.
Mengutip WebMD.com, ukuran Naegleria fowleri begitu kecil hingga tak dapat dilihat dengan mata telanjang, yakni 8 hingga 15 mikrometer.
Sementara, sebagai perbandingan, lebar rambut manusia justru mencapai 40-50 mikrometer.
Namun, kamu boleh bernapas lega karena Naegleria fowleri hanya bisa hidup di perairan tawar.
Baca Juga: Libur Lebaran Ke Thailand? Awas Waspada Bakteri Mematikan Ini
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Carolina Utara menyarankan para pengunjung danau untuk menggunakan klip hidung ataupun menjaga posisi kepala tetap di atas selama berenang.
Lebih lanjut, mereka juga melarang untuk mengaduk endapan yang berada di bawah danau.
Sayangnya, hingga kini belum ada teknologi yang mampu menghilangkan keberadaan amoeba pemakan otak dari perairan tawar. (*)
Innalillahi, Ayah Jessica Iskandar Meninggal Dunia, Istri Vincent Verhaag Tulis Pesan Pilu
Source | : | New York Times,WebMD |
Penulis | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |
Editor | : | Puput Akad Ningtyas Pratiwi |