Seperti yang terlihat pada blus oranye bertali dari jeans, dengan rok berbiku-biku dari bahan drill yang bertemu dengan jaket longgar.
Jeans biru dilunturkan warnanya hingga menghasilkan gradasi warna sampai putih.
Saat menjadi putih, jin diinfus warna baru sesuai keinginan.
Jin diolah maksimal, digunting, disikat dan diserut hingga berjumbai-jumbai, atau dilaser dengan intensitas panas yang dapat diatur.
Panas sedang untuk menghasilkan gambar berdasarkan pola di atas bahan hingga panas tinggi untuk membuat bahan bolong menjadi motif.
Desain gambar yang dihasilkan dari panas laser dijadikan sebagai benang merah koleksi oleh desainer acakacak ini.
Sepuluh pasang sepatu hasil eksplorasi aneka jeans mengimbangi sepuluh set busana yang ditampilkan dalam babak empat menjadi penutup cerita serta kisah tentang ‘Balance’.
Acara keseluruhan diakhiri dengan seluruh wisudawan dan alumnus yang memenuhu seluruh panggung.
Para alumnus, desainer muda, telah menggarap peragaan ini dengan emosi yang bergelora.
Tentu hasilnya sepadan dengan kerja keras yang mereka lakukan.
Ada yang berbeda dengan penampilan fashion drama ini, riasan harus berkarakter tanpa mengganggu penampilan busana yang menjadi poin utama.
Pilihan jatuh pada riasan dengan goresan bentuk geometris di wajah model yang dapat menjadi penguat penampilan tiap koleksi.
Kesan muda, modern, dinamis, terwakili dengan pilihan warna biru, perak dan putih.
"Untuk tema riasan disesuaikan dengan teater karena ada teater, tapi walaupun begitu gak mengurangi unsur fashionnya. Riasan lebih dieksplor pada penari, kalau di model nggak over tapi tetep dapet looknya," ujar Chenny Han selaku penata rias peragaan ini. (*)
FOTO-FOTO: TIM MUARA BAGDJA
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |