"Kadang kalau tidak ada job jadi hantu ya jadi badut," jelasnya.
Lelaki yang tinggal di Desa Kesatuan, Kecamatan Perbaungan tersebut mengaku tak tahu sampai kapan ia harus bekerja sebagai badut.
Musri juga menyebut rekan-rekan guru dan para walimurid telah menerima pekerjaannya sebagai badut.
Pasalnya, mereka memaklumi karena tahu gaji sebagai guru honorer sangat lah kecil.
Keluarga juga tak pernah mempermasalahkan pekerjaannya.
"Saya dan istri sudah lama pisah.
"Kalau anak saya ada satu, tapi dia ikut dengan mamaknya di Medan," katanya.
Source | : | Kompas.com,Tribun Medan |
Penulis | : | Agil Hari Santoso |
Editor | : | Agil Hari Santoso |