Laporan Wartawan Grid.ID, Seto Ajinugroho
Grid.ID - Adolf Hitler sosok yang akan selalu dikenang manusia di seluruh dunia sebagai orang terkejam yang pernah hidup.
Ia menjadi diktator Jerman setelah menggulingkan pemerintahan Republik Weimar.
Dengan menggunakan partai politik Nazi yang ia pimpin, Hitler mengganti semua konstitusi negara Jerman.
Bukan hanya konstitusi, segala sesuatunya dapat diubah oleh Hitler.
( BACA JUGA: Prilly Latuconsina Tampil Seksi dan Dewasa Kala Hadiri Premier Film 'Danur 2' )
Bahkan dasar negara, bendera kebangsaan, hingga nama angkatan perang bisa sesuka hati diubahnya.
Belum cukup dengan semua perubahan dalam negerinya, Hitler berambisi menguasai Eropa.
Alasannya sederhana karena Hitler menganggap Ras Arya Jerman lebih tinggi dibandingkan manusia yang hidup di Eropa.
Maka pada 1939, dengan dalih itu, Nazi Jerman mencaplok Polandia.
( BACA JUGA: Perlu Dicatat, Inilah 3 Penyebab Baterai Smartphone Original Bisa Meledak )
Sejak saat itulah peperangan berdarah di Eropa terjadi sampai tahun 1945.
Namun lambat laun Jerman semakin terdesak dalam peperangan.
Penyebabnya tak lain karena penyakit yang diderita Hitler.
Hal ini diketahui ketika sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Pittsburgh mempublikasikan temuannya atas penyakit Hitler dalam jurnal medis World Neurosurgery.
( BACA JUGA: Sudah Tahu Belum? Inilah Alasan Kenapa Kotak Pizza Berbentuk Persegi )
Dikatakan di penelitian itu bahwa Hitler terkena penyakit Parkinson.
Parkinson adalah penyakit degeneratif syaraf.
Gejala yang paling sering dijumpai adalah adanya tremor (getaran) pada saat beristirahat di satu sisi badan.
Tim peneliti melakukan penelitian dengan melihat dan menganalisis rekaman video selama 10 hingga 12 tahun terakhir hidup diktator Jerman itu.
( BACA JUGA: 9 Aturan Berpakaian yang Harus Ditaati Pegawai Disneyland, dari Gaya Rambut Sampai Deodoran! )
Studi ini juga mengamati catatan resmi, foto, cuplikan film, dan laporan tertulis tentang perilaku dan tindakan Hitler.
Dalam video terlihat bahwa kedua tangan Hitler selalu bergetar parah karena ia mengidap penyakit parkinson.
Akibat parkinson yang menyerang syarafnya, Hitler selalu salah mengambil keputusan strategis militer.
Akibatnya militer Jerman di lapangan selalu mengalami kemunduran setelah mereka kalah dalam pertempuran Stalingrad melawan Soviet.
( BACA JUGA: 5 Camilan Kacang Tersehat Menurut Pakar, Ada yang Jadi Favorit Kamu? )
Sebuah penelitian terpisah juga menunjukkan bahwa Hitler kecanduan obat-obatan.
Studi penelitian ini sebagai bagian dari program National Geographic yang mengatakan bahwa Hitler memiliki tingkat depresi tinggi.
Hitler juga sering mengamuk ketika tahu pasukannya kalah dalam pertempuran.
Ia bahkan selalu marah-marah dan sering mengonta-ganti jajaran komando militer Jerman dengan keputusannya sendiri.
( BACA JUGA: Bukan Amerika Atau Rusia, Inilah Negara Pembuat Kapal Perang Terbesar di Dunia )
Hitler tak pernah mau mendengar masukkan dari penasihatnya dahulu.
Meski dialah yang merancang sendiri strategi sehingga pasukannya kalah, Hitler justru menyalahkan para jenderalnya.
Hitler menganggap mereka tak becus dalam memimpin pasukannya.
Maka ia sering minum obat penenang ketika hal itu terjadi sampai ia akhirnya kecanduan.
( BACA JUGA: Kenapa ya Pesawat Terbang Warnanya Putih? Inilah 5 Alasan Uniknya )
Hitler juga mengidap Bipolar, yaitu perubahan emosi yang mendadak.
Gejala lain dari penyakit Parkinson Hitler ialah tubuhnya menjadi bongkok, kesulitan fokus, jalannya lambat, lesu dan kurangnya motivasi.
Penyakit parkinson inilah yang menyebabkan Hitler juga mengambil keputusan gegabah berperang melawan negara-negara Eropa pada tahun 1941.
Penyakit parkinson juga mengakibatkan hal lain yang menyerang kepribadian Hitler, salah satunya ialah diktator itu tak punya rasa empati dan penyesalan atas hal buruk yang ia buat kepada orang lain. (*)
Source | : | war history online,national geographic |
Penulis | : | Nindya Galuh Aprillia |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |