Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Beberapa dari generasi Z ditetapkan untuk lulus ke dalam resesi atau kemerosotan yang mungkin terjadi karena pandemi corona yang terus mengganggu prospek ekonomi.
Grid.ID melansir dari Business Insider bahwa senior-senior di University of Southern California (USC), tempat peneliti dari penelitian ini lulus pada tahun 2019, mengatakan hal ini adalah masa yang “mengkhawatirkan”.
Seorang lulusan baru-baru ini mengatakan bahwa dampak resesi akan “menghancurkan” dirinya.
Jika Gen Z tidak lulus dalam resesi, mereka dapat menemukan diri mereka pada jalur keuangan yang sama dengan generasi milenium yang lebih tua, atau menjadi generasi pertama yang lebih buruk secara finansial daripada orangtua mereka.
Tomas Mier, seorang mahasiswa generasi pertama, memiliki rencana besar untuk semester terakhirnya di University of Southern California, yaitu menyelesaikan magangnya, mendapatkan nilai bagus, dan meminta orangtuanya yang berimigrasi ke AS dari Meksiko.
Ia ingin orangtua melihatnya berjalan melintasi panggung wisuda saat kelulusan.
Kemudian, pandemi menyerang dan mengubah segalanya.
Tiba-tiba, kelas dan pekerjaan dipindahkan secara online, dan USC membatalkan upacara wisuda langsung.
Bahkan gangguan-gangguan itu dikalahkan oleh ancaman kegagalan karir yang terus membayangi.
Mier dan generasi Z lainnya hanya punya sedikit waktu untuk meratapi hilangnya semester terakhir mereka, karena keruntuhan ekonomi tidak dapat mengembalikan masa depan mereka.
Itu bisa membuat mereka seperti generasi milenium lebih tua yang lulus selama masa sulit ini, dengan harapan pekerjaan yang suram dan stagnasi dalam pertumbuhan finansial.
Generasi Z tahu bahwa tahun ini batas kelulusan tidak akan dibatasi, tapi mereka masih mengulurkan harapan untuk kemakmuran ekonomi, walaupun lebih lama untuk sampai di tahap itu.
Baca Juga: Ingatkan Social Distancing, Siwon Super Junior Berikan Gombalan Maut untuk Fans Indonesia
Generasi yang akan merasakan beban kemerosotan ekonomi adalah Generasi Z, yang sebagian besar belum lulus dari sekolah menengah.
Menurut Pusat Penelitian Pew, Generasi Z berusia antara 7 sampai 22 tahun, saat ini.
Yang tertua dari Gen Z telah berbicara tentang wawancara kerja yang dibatalkan dan kesempatan magang di tengah kebijakan sosial yang dikarenakan pandemi global.
Sekolah tinggi hanya bergerak online dan wisuda ditunda di seluruh negara.
Dampak penuh dari covid-19 ini adalah potensi lapangan kerja yang belum terlihat.
Bagi mereka yang belum menjadi pengangguran, banyak pekerjaan, kelas perguruan tinggi, dan magang juga memiliki tantangan tersendiri.
Namun sisi baiknya, pekerjaan jarak jauh memungkinkan perusahaan mempekerjakan karyawan yang fleksibel, membuka peluang bagi mereka yang tidak dapat pindah ke kota-kota besar, serta bagi mereka yang secara tradisional terpinggirkan atau dikesampingkan dalam potensi pekerjaan.
Lebih lanjut, Business Insider's, Shana Lebowitz sebelumnya melaporkan bahwa perusahaan mulai mengetahui bahwa karyawan masih dapat menyelesaikan pekerjaan mereka, meskipun tidak datang ke kantor.
Baca Juga: Musisi Adam Schlesinger Meninggal Dunia Akibat Virus Corona, Tom Hanks Ungkap Kesedihannya
Physical distancing seperti yang terjadi sekarang sebagai akibat pandemi corona sebenarnya memiliki kemungkinan untuk menciptakan 15 juta pekerjaan dalam dekade berikutnya.
Pada saat yang sama, pekerjaan jarak jauh bukan untuk semua orang, tapi tetap ada beberapa kelemahan yang menyertainya.
Misalnya, beberapa tidak memiliki akses yang baik ke teknologi.
Kemudian, seorang Business Insider's, Natalia Lusinski melaporkan bahwa ada banyak tantangan unik yang datang bersama dengan bekerja dari rumah, seperti kesulitan teknologi, kurangnya jam kerja yang ditetapkan, kurangnya interaksi kolega, dan perasaan kesepian.
Bahkan pekerjaan jarak jauh tidak memiliki masa depan yang stabil atau dapat diandalkan.
Tercatat bahwa jika resesi atau kemerosotan memang melanda, setelah orang mulai masuk dan kembali bekerja, mungkin banyak yang akan fokus pada membayar utang atau meningkatkan tabungan, daripada pengeluaran.
Sehingga penurunan belanja ini akan merugikan banyak pengecer, sedangkan banyak diantaranya mempekerjakan Gen Z.
Tercatat pada 7 Maret 2020, ada 1,7 juta orang menganggur dibidang asuransi di Amerika Serikat.
Baca Juga: Usai Bebas dari Penjara, Roro Fitria Tetap Wajib Lapor di Tengah Wabah Virus Corona
Kemudian 21 Maret 2020, hampir 3,3 juta orang mengajukan klaim pengangguran baru.
Angka-angka pengangguran ini adalah angka terburuk sejak 1982, yang kemudian memecahkan rekor 700 ribu klaim pengangguran, kemudian lebih buruk dari pada resesi 2008 yang pada puncaknya, melihat 800 ribu orang kehilangan pekerjaan dalam sebulan.
Tingkat perekrutan pun anjlok karena kasus covid-19 terus meningkat.
Grafik dari LinkedIn menunjukan bahwa tingkat perekrutan terus menurun di Cina, Italia, dan Amerika Serikat sejak awal Februari.
Baca Juga: Gara-gara Corona, Polisi Belum Periksa Artis SS dan IR Terkait Kasus Narkoba Ibra Azhari
Cina memiliki penurunan perekrutan kerja besar-besaran selama puncak wabah covid-19 negaranya.
Italia, jatuh pada awal Maret, dan masih menurun karena negara itu berjuang untuk menahan virus.
Sementara Amerika Serikat juga diperkirakan akan membuat penurunan tajam dalam perekrutan karir.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang memasuki dunia kerja selama masa penuh kekhawatiran ini akan membuat karier mereka buruk.
Sebuah studi di Stanford pada bulan April 2019 menemukan bahwa siswa yang lulus dan mulai bekerja dalam resesi seringkali harus bersaing dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan gaji awal yang lebih rendah, hal ini menyebabkan kemandekan dalam kemakmuran ekonomi yang dapat bertahan selama 10 hingga 15 tahun.
Tomas Mier, seorang perguruan tinggi senior di USC, mengatakan kemungkinan situasi ekonomi benar-benar mengkhawatirkan.
"Bagi kita yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, ada harapan bahwa begitu kita lulus, kita diharapkan untuk membantu membawa uang ke rumah dan membawa makanan ke meja untuk keluarga kita. Saya tahu bahwa bagi kebanyakan dari kita, itu akan sangat sulit,” kata Mier.
Mier adalah salah satu dari ribuan mahasiswa di seluruh dunia yang mengalami dampak atas ini semua, ketika sekolah-sekolah beralih ke pembelajaran online di tengah pandemi corona.
Mier sangat menantikan untuk membawa orang tuanya, yang berimigrasi ke AS dari Meksiko untuk hadir di kelulusan kuliahnya.
Tetapi pada saat ini, kegiatan USC telah ditunda tanpa batas waktu.
"Orangtua saya banyak berkorban untuk saya dengan datang ke negara ini. Saya sangat senang merayakan pencapaian besar ini bersama mereka di bulan Mei,” kata Mier.
Jika Gen Z benar-benar lulus dalam situasi kemunduran, itu bisa menambah banyak beban yang sudah mereka hadapi.
Jika tingkat pengangguran terus meningkat, itu bisa menahan pemulihan ekonomi.
Ekonom di Morgan Stanley memperkirakan bahwa pengangguran dapat melonjak dari tingkat saat ini dari 4% menjadi setinggi 12,8%.
Sebagai perbandingan, puncak pengangguran selama resesi hebat adalah 10%, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.
David Yaffe Bellany dari The New York Times melaporkan bahwa daftar pekerjaan antara pertengahan Februari dan pertengahan Maret turun 29 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Iklan pekerjaan untuk toko ritel khususnya, turun 14 persen, sementara iklan pekerjaan acara turun 20 persen, dan iklan pekerjaan kasino dan hotel turun 23 persen.
(*)
Bikin Ngakak, Momen Sopir Kebingungan saat Anak Bule Nangis Ditinggal Ibunya di Bus
Source | : | bussinessinsider.sg |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |