Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sudah hampir sebulan sejak imbauan #dirumahaja dikampanyekan Pemerintah Indonesia.
Banyak orang mungkin sudah merasa bosan menjalani masa karantina mandiri dalam wabah Covid-19, karena tidak bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan.
Namun, rasa bosan ternyata tak selalu buruk, loh!
Hal yang kita ketahui, kebosanan dipandang sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan di mana individu merasakan kurangnya minat dan kesulitan berkonsentrasi pada aktivitas saat ini.
Baca Juga: Waspada! Sindrom Carpal Tunnel Akibat Terlalu Lama Ngetik Saat WFH, Bakal Buat Tanganmu Super Pegal
Kebosanan adalah pengalaman universal, hampir semua orang menderita selama hidupnya.
Perkiraan survei yang ada menunjukkan bahwa antara 30 persen hingga 90 persen orang dewasa Amerika mengalami kebosanan di beberapa titik dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti halnya 91 persen hingga 98 persen remaja.
Pria umumnya lebih bosan daripada wanita.
Ada juga hubungan positif antara tingkat pendidikan yang sangat rendah dan kebosanan.
Bahkan, sebuah penelitian mengungkap, kebosanan yang dirasakan banyak orang saat ini cenderung memotivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih empati.
Rasa yang sama juga disebut bisa mendorong orang lebih terlibat dalam kegiatan sosial, khususnya membantu mereka yang membutuhkan.
Studi yang dipublikasikan melalui US National Library of Medicine tersebut berjudul ‘Tentang Kebosanan dan Identitas Sosial: Pendekatan Pengaturan Makna Pragmatis’.
Wijnand van Tilburg dari Universitas Limerick mengatakan, orang-orang yang bosan merasa bahwa tindakan mereka tidak ada artinya.
Hal itulah yang membuat mereka terinspirasi untuk terlibat dalam kegiatan yang lebih bermakna.
Artinya, jika melakukan tindakan yang baik dan murah hati dapat memenuhi tujuan tersebut, maka artinya kebosanan dapat mempromosikan perilaku pro-sosial.
Menurut Van Tilburg, hubungan positif antara kebosanan dan agresi, kemarahan, dan permusuhan dapat dijelaskan dengan kebutuhan mereka yang bosan terhadap kegiatan yang dapat membangkitkan suasana hati.
Mereka kemungkinan besar akan mendapatkan skor tinggi pada poin yang disebut "tindakan mencari sensasi".
Di sisi lain, jika orang merasa tidak berarti, mereka lebih cenderung melakukan tindakan yang mereka yakini akan membangun kembali rasa kebermaknaan mereka.
Baca Juga: Hal-hal yang Harus Kamu Ketahui Tentang Masker Kain
Van Tilburg menambahkan, orang-orang seperti ini tidak hanya terlibat dalam sesuatu yang menurut mereka menyenangkan dan menarik.
Lebih jauh, Van Tilburg mengatakan, kebosanan bisa menjadi motivasi besar untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tidak menyenangkan namun penting.
Misalnya, kegiatan donasi.
Mereka cenderung lebih melibatkan diri dalam kegiatan tersebut daripada kegiatan yang menyenangkan, namun kurang bermakna.
Bahkan memacu kreativitas partisipasi dalam kegiatan sosial bukanlah satu-satunya efek positif dari kebosanan.
Kebosanan ternyata juga mampu meningkatkan kreativitas seseorang, karena adanya stimulasi dari dalam.
Menurut pelatih kehidupan, Adrian Savage, kebosanan dapat mendorong otak kita melakukan refleksi karena tidak ada lagi hal lain yang dipikirkan.
Kreativitas yang dipicu oleh kebosanan adalah sesuatu yang sudah dilakukan ribuan kali sebelumnya.
Lebih lanjut, hal ini bukan masalah khusus yang umum diketahui oleh sebagian besar seniman.
Menurut seorang dosen psikologi di University of Central Lancashire, Inggris, kebosanan adalah pencarian untuk stimulasi saraf yang tidak puas.
Singkatnya, jika tidak terstimulasi, pikiran kita akan memunculkan sesuatu yang akan menciptakan stimulasi.
Kemampuan memecahkan masalah akan meningkat ketika kita merasa bosan dengan cara membiarkan pikiran kita berkelana.
Itulah mengapa, tak jarang jalan keluar yang ditemukan ketika kita bosan adalah sesuatu yang mengejutkan.
Namun, Mann mengatakan, sebagian orang kesulitan membedakan relaksasi dengan kebosanan.
Dengan relaksasi, orang tidak mencoba mencari rangsangan.
Dalam mengalami kebosanan yang nyata, seseorang memilih aktivitas yang membutuhkan sedikit atau tanpa konsentrasi.
Misalnya, berjalan di rute yang biasa dilalui, berenang, atau hanya duduk dengan mata tertutup.
Demi mendapatkan stimulasi tersebut, cobalah biarkan pikiranmu berkelana tanpa musik atau stimulasi pembimbing lainnya.
Pada akhirnya kita mungkin akan menemukan suatu hal baru yang bermanfaat sekaligus bisa memutus rasa bosan.
(*)
Source | : | Kompas.com,psychologytoday.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |