Grid.ID - Peningkatan jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat.
Melansir laman Kompas.com, Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 menyatakan, per Rabu (15/4/2020) siang, jumlah ODP meningkat jadi 165.549 orang, sementara itu sejumlah 11.165 orang dinyatakan PDP.
Lebih lanjut, pasien positif Covid-19 per Rabu (15/4/2020) sejumlah 5.136 orang, dan sebanyak 469 orang dinyatakan meninggal dunia.
Baca Juga: Suami Beri Kejutan Ulang Tahun di Tengah Wabah Virus Corona, Nia Ramadhani Terharu Hingga Menangis
Tak pelak, sejumlah Provinsi di Indonesia kini menerapkan status tanggap darurat bencana non alam Covid-19, satu di antaranya, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Melansir pemberitaan Antara, Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Provinsi Nusa Tenggara Barat, H Lalu Gita Ariadi menyebutkan di provinsinya sejumlah 41 orang dinyatakan positif.
Dengan rincian, tujuh orang sudah sembuh, dua orang meninggal, dan sejumlah 32 orang masih dinyatakan positif namun dalam keadaan baik.
Sementara itu, di NTB juga terdapat 183 orang dengan status PDP, dan 4000 orang dengan status ODP.
Baca Juga: Ulang Tahun di Tengah Pandemik Corona, Nia Ramadhani Dapat Surprise Virtual dari Sahabat
Pihak pemerintah daerah saat ini juga masih menelusuri beberapa orang yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19.
Namun, baru-baru ini warga Desa Montong Are, Kecamatan Kediri, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) dibuat geram gara-gara daftar nama orang yang melakukan kontak dengan pasien Covid-19 tersebar.
Tak pelak ratusan warga Desa Montong Are langsung menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Camat Kediri, pada Rabu (15/4/2020) kemarin.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Kasatreskrim Polres Lombok Barat AKP Dhafid Siddiq mengungkapkan jika unjuk rasa dilakukan warga setelah beredarnya daftar nama masyarakat hasil kontak tracing dengan pasien positif Covid-19.
Sejumlah warga menduga jika hal itu bisa tejadi lantaran disebarkan oleh pihak puskesmas.
Tak pelak sejumlah masyarakat menjadi takut dan resah.
"Aksi yang dilakukan terkait beredarnya daftar nama-nama masyarakat Desa Montong Are hasil kontak tracing dengan saudara R yang diindikasikan positif Covid-19, yang diduga disebarkan oleh pihak Puskesmas Kediri," ujar Dhafid saat dikonfirmasi, Rabu.
Lebih lanjut, Dhafid mengungkapkan jika anggota Polsek Kediri dan Babinsa sudah memberikan imbauan kepada warga untuk tak melakukan aksi, agar persebaran Covid-19 tak meluas.
Namun, imbauan dari aparat tak diindahkan oleh masyarakat yang tengah melakukan aksi.
Aksi warga ini dilakukan karena tak hanya membuat panik saja, tapi juga mempengaruhi kehidupan sosial warga Montong Are.
Bagaimana tidak? Setelah daftar nama tersebut beredar, sejumlah warga Montong Are yang bekerja sebagai buruh dan karyawan sampai dipecat oleh perusahaan.
Tak hanya dipecat, mereka juga tak mendapat pesangon sepeserpun.
Oleh karena itu, warga meminta pihak kecamatan menindaklanjuti oknum petugas puskesmas uang diduga menyebarluaskan nama-nama masyarakat Desa Montong Are.
Selain itu, para warga juga mengkritik dan meminta penjelasan terkait pelayanan Puskesmas Kediri yang dinilai kurang memuaskan.
Bahkan banyak pasien dari Desa Montong Are yang dipulangkan, tanpa kejelasan.
(*)
Istri Keenam Presiden Soekarno Lepas Status WNI dan Minta Dinaturalisasi Jadi Warga Jepang, Ini Alasannya!
Source | : | Kompas.com,Antara |
Penulis | : | Nopsi Marga |
Editor | : | Nopsi Marga |