Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Kabar duka, Arief Budiman, sosok aktivis sekaligus kakak dari Soe Hok Gie meninggal dunia pada Kamis 23 April 2020.
Arief Budiman meninggal dunia di RS Ken Saras Kabupaten Semarang pada Kamis, 23 April 2020 pukul 11.40 WIB karena komplikasi dan parkinson yang telah dideritanya sejak lama.
Kabar duka ini disampaikan oleh Akademisi dan Sosiolog Ariel Heryanto.
"Selamat jalan, kawan lama dan rekan sejawat, Arief Budiman, Terima kasih atas apa yang telah engkau sumbangkan ke Indonesia," kata Ariel lewat akun Twitternya pada Kamis, 23 April 2020.
Beredar kabar kalau almarhum meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit parkinson.
Diketahui, Arief Budiman adalah aktivis angkatan 1966 yang selalu konsisten memperjuangkan demokrasi dan membela kaum marjinal.
Dikutip Grid.ID dari Harian Kompas, 30 Oktober 1994, Arief Budiman lahir di Jakarta pada 3 Januari 1941 dengan nama Soe Hok Djin.
Sejak muda ia terlibat aktif dalam gerakan antikemapanan seperti penandatanganan Manifes Kebudayaan, demonstrasi tahun 1966 yang penuh mitos, Golput pada tahun 1971 dan lain-lain.
Baca Juga: Pandangannya Tentang Konspirasi Virus Corona Ramai, Jerinx Seret Nama Deddy Corbuzier, Ada Apa ya?
Arief Budiman memang dikenal memiliki sikap keras kepada penguasa, tetapi ia juga tak segan memuji tokoh-tokoh yang memiliki sikap dan pandangan yang ia anggap baik untuk Indonesia walaupun tokoh yang ia puji bertentangan pendapat dengannya.
Baginya, konflik dilihat sebagai komunikasi mengadu gagasan.
Sebagai intelektual, Arief terlihat sering menggunakan pemikiran strukturalisme untuk menggugat kapitalisme Orde Baru.
Ia kritis mempertanyakan masalah kebijakan pembangunan, kemiskinan, ketidakadilan, dan terabaikannya hak asasi manusia.
Kritiknya tetap berlanjut meskipun rezim Soeharto telah berakhir.
Sebagai tokoh gerakan demokrasi, Arief menjadi semacam simpul dari berbagai aktivis gerakan yang tersebar di beberapa kota di Indonesia
Terutama pada awal 1980-an ketika gerakan mahasiswa bertransformasi menjadi berbagai kelompok diskusi dan kelompok studi.
Ketika ia masuk Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada 1981, semua gerakan di kampus itu sering dihubung-hubungkan punya afiliasi dengan dirinya.
Baca Juga: Pandangannya Tentang Konspirasi Virus Corona Ramai, Jerinx Seret Nama Deddy Corbuzier, Ada Apa ya?
Tak hanya itu, Arief juga disebut manusia di tengah demonstrasi, termasuk pernah juga didemonstrasi beberapa mahasiswa UKSW.
Dipecat dari UKSW
Terhitung sejak 31 Oktober 1994, melalui surat keputusan yang ditandatangani ketua umum dan sekretaris Yayasan UKSW, Arief dipecat dengan tidak hormat dari posisinya sebagai tenaga akademik dan segala jabatan di UKSW.
Alasannya, yakni Arief diketahui terus memprotes proses pemilihan rektor yang dianggapnya tak demokratis dan penuh kecurangan.
Oleh pimpinan, Arief dianggap merugikan dan merusak citra universitas.
Mash dari sumber yang sama menyebutkan, sejak kecil Arief merasa sering diperlakukan tak adil, kecamuk politik yang berlangsung seiring pertumbuhannya, serta kepekaannya terhadap ketidakadilan, bertaut dengan hal lain agaknya punya peranan dalam altruismenya.
Perlu diketahui, altruismenya adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri.
"Ada teman bilang, kalau tak ada pertentangan jangan-jangan saya malah sakit," kata Arief bercanda.
Suka humor
Doktor Sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat (1981) yang sebelumnya mengenyam pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (lulus 1968) ini sebenarnya pribadi yang suka humor.
Humornya kering dan kadang disampaikan dengan dingin.
"Tapi dengan konflik itu saya bisa lebih mengaktualisasikan kebenaran," jelas Arief.
Semua konflik ia hayati sebagai usaha penegakan keadilan yang secara filosofis ia yakini sebagai episode yang tak akan pernah selesai dalam kehidupan.
Itulah yang membuatnya tidak pernah capai berada di tengah kemelut konflik.
Arief Budiman sempat mengajar sebagai Guru Besar di Universitas Melbourne, Australia.
Selain itu, tentu juga peranan istri yang memahami sikap kejuangannya, Sitti Leila Chaerani yang dinikahinya tahun 1967, dua anaknya, Andrian Mitra Budiman (26) dan Susanti Kusumasari (24).
Mereka tinggal di rumah yang berwawasan ekologis di Desa Kemiri, Salatiga.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |