Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Tiga orang pemudik yang bandel terpaksa menjalani karantina di rumah 'hantu' di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Tiga pemudik itu datang dari Jakarta, Lampung, dan Kalimantan.
Namun mereka menyerah setelah dua hari dikarantina di rumah itu karena merasa didatangi sosok hantu.
Mereka pun dipulangkan ke rumahnya masing-masing setelah orangtua berkomitmen menjaga mereka untuk lebih disiplin.
Pemudik yang bandel di Sragen terbukti dikarantina di tempat horor yang berhantu, berikut cerita pengalaman mereka sampai menangis hingga dua hari.
Di tengah pandemi virus corona ini masih banyak masyarakat yang tak mematuhi aturan pemerintah.
Padahal banyak anjuran dari pemerintah yang sebaiknya diikuti.
Mulai dari menggunakan masker, tetap di rumah hingga tak mudik ke kampung halaman.
Namun bagi yang terpaksa dan sudah terlanjur pulang kampung disarankan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Tapi tetap saja ada yang ngeyel dan bandel tak menghiraukan aturan ini.
Hingga akhirnya salah satu aturan yang nyeleneh muncul.
Pemerintah Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen memiliki aturan tempat karantina warga.
Warga yang ngeyel tak jalani karantina mandiri diisolasi di rumah hantu.
Tiga orang pemudik yang dikarantina di tempat ini menangis ketakutan.
Mereka mengaku didatangi sosok gaib.
Hal ini membuat mereka kapok dan janji akan menjalani karanita mandiri.
Dua hari menangis
Tiba di kampung, mereka sudah diminta untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.
Namun, karena tidak tertib, mereka dijemput Satgas Covid-19 Desa Sepat dan dikarantina di rumah hantu.
"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono, Sabtu (25/4/2020).
Baca Juga: Tak Kuat Tanggung Biaya Operasional, HOOQ Resmi Ditutup 30 April 2020
Karantina di rumah
Setelah kejadian itu, orangtua pemudik memohon kepada kepala desa agar anak mereka bisa dikarantina di rumah.
Mulyono akhirnya mengabulkan permohonan itu dengan syarat orangtua harus mengawasi anaknya dengan ketat.
"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar dia.
Bangunan tua di tengah kota Sragen, Jawa Tengah, rencananya akan dijadikan tempat karantina bagi Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang tidak mau menjalani karantina mandiri di rumah.
Baca Juga: Kliennya Mangkir Lagi dari Sidang dengan Falcon Pictures, Kuasa Hukum Jefry Nichol Ungkap Alasannya
Bangunan tua tersebut merupakan rumah dinas mandor Pabrik Gula Tebu yang berada di kompleks bekas Pabrik Gula Sido Wurung atau lebih dikenal dengan Kedoeng Banteng, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen.
Rumah yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda itu, kondisinya memang terlihat angker dan menyeramkan.
Catnya sudah mengelupas, ditambah banyaknya lumut di dinding rumah.
Adapun kayu-kayu di depan rumah juga mengalami pengeroposan dan tampak pekat.
Warga sekitar menjuluki rumah tersebut dengan sebutan omah londo.
Kompleks pabrik gula itu diperkirakan sudah berdiri kurang lebih sejak tahun 1831 dan mengalami pasang surut.
Hingga akhirnya, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menjadikannya benda cagar budaya.
Kepala Desa Gondang, Warsito mengatakan penggunaan omah londo sebagai lokasi karantina berawal dari ide Camat Gondang, Catur Sarjanto.
"Kemarin Pak Camat bilang nanti kalau ada ODP yang bandel, suruh isolasi tidak mau nanti akan ditempatkan di situ," katanya, Kamis (23/4/2020).
Rumah tersebut rencana bakal digunakan setelah ditinjau langsung Yuni.
"Ini belum mulai digunakan, rencananya Sabtu besok ada kunjungan Bu Bupati untuk mengecek kelayakan bangunan," tutur Warsito.
Lokasi rumah karantina ODP yang bandel tidak terlalu jauh dari permukiman warga dan berada di jantung kota.
Baca Juga: Imbas Pandemi Virus Corona, Teddy Pardiyana Gelar 100 Harian Lina Jubaedah Secara Sederhana
"Itu dari pemukiman lumayan, itu di tengah-tengah kota, itu berada di timur kantor Dinas Kecamatan, kanan kirinya rumah warga," ujar dia.
"Di dekatnya juga ada kantor puskesmas dan Koramil, InsyaAllah keamaan dan kebutuhan kesehatan bisa terjamin," lanjutnya.
Warsito menegaskan warga sekitar tidak menolak pemanfaatan rumah dinas sinder tersebut jadi lokasi karantina.
"Masyarakat sekitar sementara tidak ada penolakan," katanya.
Warsito mengungkapkan kisah mistis pun juga menyelimuti rumah tersebut yang berusia berabad-abad itu.
"Kemarin ada orang yang cerita, ada orang yang hendak memperbaiki atap rumah itu, namun tidak jadi, terus turun dengan keringat dingin," ungkap dia.
"Orang itu diperlihatkan sosok penunggu di situ saat memperbaiki atap," ujarnya.
Bahkan kisah yang beredar di kalangan masyarakat juga seakan menjadi perbincangan sehari-hari karena keangkeran rumah tersebut.
(*)
Panggil Buah Hati dengan Sebutan Little Star, Ini Doa Rizky Febian Usai Mahalini Melahirkan Anak Pertama
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |