Para peneliti menunjukkan, seiring bertambahnya usia, mereka cenderung lebih memaafkan orang lain.
Ternyata, bagi wanita setidaknya, refleksi dan pengampunan ini bermanfaat bagi kesehatan mental.
"Kedengarannya seperti superioritas moral," kata seorang penulis studi dan seorang profesor di Department of Human Development and Family Science University of Missouri, Christine Proulx.
Tetapi ini bukan tentang menjadi orang yang lebih baik.
"Orang-orang yang cenderung memaafkan orang lain tampaknya membantu mengurangi tingkat depresi, terutama bagi wanita," lanjutnya.
Psikolog klinis sekaligus asisten profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine, Neda F. Gould, menyarankan bahwa tindakan memaafkan sama saja dengan menahan amarah.
Dia mengklaim, kemarahan adalah bentuk stres yang menyebabkan konflik berkepanjangan.
Maka perilaku ini dapat menyebabkan efek negatif pada tubuh.
Dengan memaafkan orang lain, tubuh dapat terhindar dari respons marah.
Hal ini tentunya berdampak positif bagi kesehatan fisiologis seseorang.
Sesuai penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Health Psychology, orang yang memiliki tingkat stres tinggi dapat meningkatkan kesehatan mental mereka melalui tindakan memaafkan.
Studi lain yang diterbitkan dalam Annals of Behavioral Medicine mengungkap temuan bahwa sifat pemaaf menurunkan tingkat stres.
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |