Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Belakang ini media sosial d gegerkan dengan kisah seorang mahasiswa yang mengaku alami pelecehan seksual.
Sosok Gilang, yang merupakan mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Surabaya menjadi pusat perhatian karena dituding menjadi pelaku pelecehan seksual.
Namun, pola pelecehan yang muncul kali ini berbeda.
Gilang dinilai memiliki fetish membungkus orang lain dengan kain jarik atau kain batik, hingga kain tersebut menutupi seluruh tubuh korban.
Itulah kenapa, saat ini sosoknya disebut sebagai "Gilang Bungkus".
Kisah ini ditulis dalam sebuah thread di Twitter oleh akun @m_fikris sebagai salah satu korbannya.
Dari pantauan Grid.ID, thread yang diunggah pada 29 Juli 2020 itu, per 31 Juli 2020 pukul 13.30 WIB sudah mendapat 182 ribu suka dan di-retweet 115 kali.
Gilang diketahui menghubungi para korbannya yang mayoritas merupakan mahasiswa tingkat awal, melaui media sosial.
Kemudian, dengan kedok ingin melakukan penelitian ilmiah, Gilang memaksa lawan bicaranya untuk membungkus seluruh tubuhnya dengan kain jarik, setelah sebelumnya kaki, tangan, mata, serta telinga korban diinstruksikan untuk ditutup menggunakan lakban.
Lalu saat permintaannya tidak dikabulkan, pria itu mulai mengeluarkan ancaman dan pemaksaan pada korban.
Pengertian Fetish
Mungkin bagi kamu yang awam masih bingung apa itu fetish.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, fetish adalah kesenangan yang didapatkan seseorang sebagai respons terhadap objek yang seringkali tidak mengandung unsur seksual.
Orang yang memiliki sikap fetish membutuhkan objek dan benda tertentu di hadapannya, berfantasi seksual dengan objek tersebut, atau digunakan sebagai pasangan agar bisa meraih kepuasan seksual yang maksimal.
Fetish dan variasi erotisme dapat dimiliki seseorang dalam berbagai bentuk, mulai dari yang umum dan wajar, hingga benda-benda dan perilaku yang mungkin membuat orang lain mengerutkan kening.
Objek fetish seseorang dapat beraneka ragam saat berhubungan seks dan masturbasi.
Barang-barang yang menjadi objek fetish pun beraneka ragam.
Namun, yang paling umum adalah kaki, pasangan yang bertindik, bertato, hingga pasangan yang memiliki kondisi obesitas.
Ada pula individu yang terangsang secara seksual jika melihat sepatu, rambut, stocking, pakaian dalam model tertentu, hingga pakaian yang terbuat dari kulit.
Begitu juga, ada seseorang yang terangsang apabila pasangannya mengenakan barang-barang di atas.
Misalnya, ia ingin pasangannya menggunakan kostum hewan, mengenakan sepatu hak tinggi, dan sebagainya.
Hal ini pula dijelaskan Zoya Amirin, seorang psikolog.
Fetish terjadi pada seseorang yang terangsang dengan bagian tubuh non seksual dan benda non seksual.
"Fetish adalah seorang individu yang terangsang dengan bagian tubuh non seksual atau benda-benda non seksual," jelas Zoya seperti dikutip Grid.ID dari Tribun Pontianak.
Kemudian Zoya memberikan contoh hal yang menandai orang tersebut menderita Fetish.
"Misalkan saja selimut bayi, dia merasa terangsang dengan selimut bayi gitu ya. Bagian tubuh non seksual misalnya dengan ketiak, highheels, jempol kaki, pusar, sama dengan jari tangan. Ini sama dengan kasus yang pernah saya tangani," lanjut Zoya.
Menurut Zoya, ada beberapa penderita Fetish ini yang tidak memaksakan.
Namun, ketika Fetish sudah parah, si penderita hampir tidak pernah ingin melakukan tindakan seksual.
"Pasti aneh lama-lama, selama ini (Fetish) tidak menyakiti diri kamu. Selama tidak membahayakan nyawa, tidak melukai kamu ya gak masalah," terang Zoya lagi.
Zoya menerangkan jika kebanyakan kasus Fetish tidak menyakiti pasangan.
Bukan Penyakit
Umumnya, fetish dengan benda apapun tidak menjadi masalah selama tidak merugikan orang lain
“Kalau dalam istilah kesehatan mental ya, fetish tidak menimbulkan penderitaan dan tidak menimbulkan gangguan fungsi,” kata dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ seperti diwartakan Kompas.com, Jumat (31/7/2020).
Namun Andreas mengatakan bahwa fetish bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan.
“Fetish bukan penyakit yang bisa disembuhkan. Itu kan ketertarikan kita, (misalnya) oh saya suka yang lebih muda atau yang lebih tua, saya suka yang pakai seragam ini. Itu kan bukan suatu penyakit,” ujarnya.
Untuk kasus fetish kain jarik yang dilakukan Gilang, Andreas mengatakan bisa menyebabkan kerugian bagi korban karena ada pemaksaan dan tidak adanya persetujuan.
Suatu kondisi disebut gangguan kalau sudah menimbulkan penderitaan dan gangguan fungsi.
“Dalam hal ini dia jelas sudah menimbulkan penderitaan, baik bagi dirinya, maupun orang lain. Yang kedua, dia membuat jadi gangguan fungsi, apa gangguannya? Ya itu sudah mengganggu relasinya dengan sesama manusia,” kata Andreas.
Pada kondisi tersebut, Andreas menyarankan untuk mencari pertolongan psikiater atau psikolog agar bisa mengontrol gairahnya.
“Supaya dia berfungsi kembali untuk berelasi dengan orang secara aman dan nyaman,” ujar psikiater dari RS Eka Hospital Bekasi ini.
Terakhir, bagaimana menyikapi fetish yang memang dimiliki oleh pasangan kita?
Menurut Andreas, sebaiknya hal ini dikomunikasikan.
“Komunikasikan tentang ini apa yang dimau oleh satu pihak dan pihak yang lain menerima atau menyetujui sampai sejauh mana,” tutup Andreas.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Kompas.com,pontianak.tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |