Bahkan, pada kasus yang drastis, di bawah 50 persen.
Untuk mengetahui misteri happy hypoxia yang membingungkan para dokter itu, sebuah penelitian dilakukan oleh Dr Martin J Tobin, profesor paru-paru dan perawatan kritis di Loyola University Medical Center.
"Dalam beberapa kasus, pasien merasa nyaman dan menggunakan telepon ketika dokter akan memasukkan selang pernapasan dan menghubungkan pasien dengan ventilator mekanis," kata Dr Tobin, dilansir dari Science Daily, 8 Juli 2020.
Pertama, ia dan rekannya melakukan survei terhadap 58 petugas kesehatan yang menanyakan apakah mereka pernah menangani kasus happy hypoxia.
Dari 58 petugas itu, 22 di antaranya memberikan tanggapan.
Selanjutnya, penelitian dilakukan terhadap 16 pasien Covid-19 dengan tingkat oksigen sangat rendah, yaitu 50 persen.
Setelah menganalisis data, penulis menyimpulkan bahwa banyak kasus hypoxemia dapat dijelaskan melalui ilmu pernapasan konvensional.
"Beberapa mekanisme patofisiologis bertanggung jawab atas sebagian besar kasus, termasuk penilaian awal kadar oksigen pasien dengan oksimeter denyut," jelas dia.
"Meskipun oksimeter denyut sangat akurat saat pembacaan oksigen tinggi, ia justru secara nyata membesar-besarkan tingkat keparahan rendahnya kadar oksigen saat pembacaan oksigen rendah," kata Dr Tobin.
Faktor lainnya, menurut Dr Tobin, bagaimana otak merespons tingkat oksigen yang rendah itu.
Source | : | Kompas.com,Medical News Today,Tribun Banyumas,Covid19.go.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana |