Lebih lanjut, dilansir Grid.ID dari Kompas.com, menurut dr. Ivan Sini, Sp.OG, dari RS Bunda Jakarta, vaginal prolapse terjadi karena melemahnya otot-otot penyangga rahim yang terjadi lantaran bertambahnya berat rahim saat kehamilan.
Perlemahan otot penyangga rahim sendiri sebenarnya merupakan proses alamiah yang terjadi dalam tubuh wanita guna mempermudah proses melahirkan.
"Hanya saja, jika otot-otot tersebut tidak kembali normal pasca melahirkan, maka rahim terus turun hingga keluar dari mulut vagina," katanya.
Ada beberapa gejala yang bisa menunjukkan terjadinya peranakan turun, antara lain merasa ada sesuatu yang turun di vagina, terasa seperti ada bantalan di vagina, susah berjalan, perdarahan, sampai sulit berkemih atau buang air besar.
Baca Juga: Jangan Asal Kucek, Begini Cara Mencuci Masker Kain yang Tepat Supaya Bersih Maksimal Bebas Virus
Setiap kehamilan memang memiliki risiko vaginal prolapse.
Namun ada beberapa tipe kehamilan yang tinggi risiko, yaitu:
1. Kehamilan Ganda
Kehamilan dengan dua atau lebih janin menyebabkan rahim semakin berat.
Baca Juga: Malas Berolahraga Tapi Ingin Turunkan Berat Badan? Simak Tips Jitu Agar Punya Tubuh yang Ideal!
Hal tersebut menyebabkan otot-otot penyangga rahim semakin melemah sehingga meningkatkan risiko vaginal prolapse.
2. Ukuran Bayi Besar
Hampir sama dengan kehamilan kembar, ukuran bayi yang besar menyebabkan otot penyangga rahim semakin lemah.
3. Proses Kelahiran Lama
Proses kelahiran dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam.
Baca Juga: Minum Air Hangat di Waktu yang Tepat Punya Segudang Manfaat untuk Tubuh, Kapan Saja ya?
Saat proses melahirkan, otot-otot penyangga rahim membuka dan melemah, akibatnya jika proses ini terlalu lama akan mengakibatkan elastisitas otot berkurang dan semakin sulit untuk kembali normal.
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Source | : | Kompas.com,healthline.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana |