Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Mungkin beberapa dari kamu tidak asing dengan istilah 'peranakan turun' atau 'turun berok'.
Dalam dunia medis, kondisi itu disebut dengan Vaginal Prolapse.
Kondisi ini terjadi ketika organ panggul seperti rahim, kandung kemih, sampai rektum, turun ke dalam vagina bahkan keluar dari organ kemaluan.
Diwartakan melalui laman Healthline, vaginal prolapse dapat didiagnosis melalui pemeriksaan panggul.
Selama pemeriksaan, dokter mungkin meminta kamu untuk menahan diri seolah-olah mencoba untuk buang air besar.
Dokter mungkin juga meminta untuk mengencangkan dan melepaskan otot yang digunakan untuk menghentikan dan memulai aliran urin.
Baca Juga: Dijamin Ampuh! Ini 7 Makanan yang Bisa Mengatasi Bau Vagina, Mulai dari Ubi sampai Yogurt
Tes ini memeriksa kekuatan otot yang menopang vagina, rahim, dan organ panggul lainnya.
Jika kamu mengalami masalah buang air kecil, mungkin akan menjalani tes untuk memeriksa fungsi kandung kemih.
Lebih lanjut, dilansir Grid.ID dari Kompas.com, menurut dr. Ivan Sini, Sp.OG, dari RS Bunda Jakarta, vaginal prolapse terjadi karena melemahnya otot-otot penyangga rahim yang terjadi lantaran bertambahnya berat rahim saat kehamilan.
Perlemahan otot penyangga rahim sendiri sebenarnya merupakan proses alamiah yang terjadi dalam tubuh wanita guna mempermudah proses melahirkan.
"Hanya saja, jika otot-otot tersebut tidak kembali normal pasca melahirkan, maka rahim terus turun hingga keluar dari mulut vagina," katanya.
Ada beberapa gejala yang bisa menunjukkan terjadinya peranakan turun, antara lain merasa ada sesuatu yang turun di vagina, terasa seperti ada bantalan di vagina, susah berjalan, perdarahan, sampai sulit berkemih atau buang air besar.
Baca Juga: Jangan Asal Kucek, Begini Cara Mencuci Masker Kain yang Tepat Supaya Bersih Maksimal Bebas Virus
Setiap kehamilan memang memiliki risiko vaginal prolapse.
Namun ada beberapa tipe kehamilan yang tinggi risiko, yaitu:
1. Kehamilan Ganda
Kehamilan dengan dua atau lebih janin menyebabkan rahim semakin berat.
Baca Juga: Malas Berolahraga Tapi Ingin Turunkan Berat Badan? Simak Tips Jitu Agar Punya Tubuh yang Ideal!
Hal tersebut menyebabkan otot-otot penyangga rahim semakin melemah sehingga meningkatkan risiko vaginal prolapse.
2. Ukuran Bayi Besar
Hampir sama dengan kehamilan kembar, ukuran bayi yang besar menyebabkan otot penyangga rahim semakin lemah.
3. Proses Kelahiran Lama
Proses kelahiran dikatakan lama jika berlangsung lebih dari 24 jam.
Baca Juga: Minum Air Hangat di Waktu yang Tepat Punya Segudang Manfaat untuk Tubuh, Kapan Saja ya?
Saat proses melahirkan, otot-otot penyangga rahim membuka dan melemah, akibatnya jika proses ini terlalu lama akan mengakibatkan elastisitas otot berkurang dan semakin sulit untuk kembali normal.
4. Kehamilan Terlalu Sering
Semakin sering hamil, maka semakin sering otot penyangga rahim mengalami perlemahan dan meningkatkan risiko vaginal prolapse.
5. Penggunaan Alat Vakum
Alat vakum digunakan untuk mempermudah proses keluarnya bayi dari rahim lantaran adanya hal-hal penyulit tertentu.
Namun alat vakum juga dapat mengganggu kekuatan dari otot penyangga rahim.
Ivan memaparkan, perlu adanya kompensasi pascamelahirkan untuk menguatkan kembali otot-otot penyangga rahim guna mencegah vaginal prolapse.
Salah satunya adalah latihan kegel yang melatih langsung otot-otot tersebut.
Baca Juga: Penjelasan Ahli Soal Telur Rebus dengan Lapisan Hijau, Benarkah Berbahaya Bagi Kesehatan?
"Caranya mudah, dapat dilakukan sendiri. Anda hanya tinggal mengontrol otot kemaluan untuk menutup dan menahannya beberapa detik dengan minimal sepuluh pengulangan. Lakukan setiap pagi ketika akan memulai aktivitas," tuturnya.
Jika sudah terjadi vaginal prolapse, maka diperlukan perbaikan vagina tergantung dengan gangguannya.
Tindakan yang bisa dilakukan meliputi uroginekologis, operasi, dan pemasangan sling atau penahan buatan yang dimasukkan ke dalam saluran kemih.
Itulah beberapa hal yang bisa menyebabkan peranakan turun pada wanita.
(*)
Respon Sule saat tahu Mahalini Melahirkan Anak Pertama, Sumringah Jadi Kakek Gaul!
Source | : | Kompas.com,healthline.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nesiana |