Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sudah tidak rahasia lagi jika penyakit bukan hanya timbul gara-gara makanan saja, tetapi juga perilaku kita.
Jika mudah dan suka marah-marah, ternyata banyak bahayanya bagi kesehatan.
Apa yang terjadi pada tubuh ketika kita marah-marah, berteriak, menjerit, atau mencoba meluapkan segala emosi?
Baca Juga: Ini Gejala yang Dirasakan Aldilla Jelita hingga Divonis Derita Efusi Pleura
Otot-otot akan menjadi tegang, sistem pencernaan terganggu, bahkan terjadi perubahan bahan kimia pada otak.
Perubahan-perubahan tersebut hanya akan menjadi racun dalam tubuh dan mengganggu kesehatan dalam jangka panjang.
Diwartakan melalui laman Grid Health, beberapa efek negatif dari kemarahan, yaitu:
· Sakit kepala
· Susah tidur
· Rasa cemas
· Masalah pencernaan
· Tekanan darah tinggi
· Sering sakit
· Depresi
· Serangan jantung
Baca Juga: Jangan Sampai Terlewat! Jumat-Sabtu Laksanakan Puasa Tasua dan Asyura, Begini Niat dan Keutamaannya
Lebih lanjut, ternyata ketika sedang marah atau stres, tubuh akan bereaksi dengan mengaktifkan respons stres dari sistem saraf simpatik, yang akan mengarah ke peningkatan kadar kortisol.
Hal ini dapat membuat kita merasa jengkel, terganggu, impulsif, dan bahkan mungkin mulai makan secara emosional.
Mungkin kamu biasa mengalami momen di mana ketika sangat kesal dan marah, kemudian melampiaskannya dengan makan dan itu membuat suasana hati menjadi lebih baik.
Kebiasaan itu mungkin bisa membantu menenangkan secara mental, namun bukan praktik yang sehat.
Baca Juga: Mantap Pindah Kewarganegaraan ke New Zealand, Femmy Permatasari Sudah Siapkan Bisnis di Sana
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, penasehat gaya hidup sehat Luke Coutinho, belum lama ini menjelaskan melalui Instagram bahwa ketika kita makan saat marah, kesal dan cemas, itu akan berdampak pada keseluruhan sistem internal kita.
"Tubuh kita tidak dirancang untuk mencerna dan menyerap makanan saat kita sedang stres," katanya.
Beberapa bahaya makan ketika kondisi marah, yaitu:
Komplikasi perut
Tubuh kita memiliki dua sistem saraf, yakni sistem saraf simpatis dan parasimpatis.
Keduanya berfungsi secara berbeda.
Ketika kita marah, sistem saraf simpatis menjadi aktif dan akibatnya proses pencernaan terhenti.
Itu juga bisa menyebabkan tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol meningkat.
Kondisi ini membuat tubuh sulit mencerna makanan dan menyerap nutrisinya.
Sementara itu, ketika kita tenang, sistem saraf parasimpatis akan bekerja.
Kadar kortisol dan tekanan darah menurun dan tubuh kita mulai mencerna dan menyerap makanan dengan mudah.
Luke mengatakan, makan saat kita marah dapat menyebabkan komplikasi terkait perut, seperti kembung, refluks asam, hingga diare.
Gejalanya bisa lebih buruk bagi orang yang menderita iritasi usus besar dan kolitis.
“Tubuh tidak memiliki jenis bakteri yang tepat untuk memecah makanan yang kita makan, bahkan menelan menjadi sulit karena kontraksi otot."
"Tubuh kita tidak akan bisa mencerna makanan dan menyerap nutrisinya,” tambah Luke.
Memicu kegemukan
Alasan lainnya adalah karena kita akan cenderung makan berlebih ketika sedang marah.
Usus dan otak berkomunikasi satu sama lain sepanjang waktu.
Tapi saat kita marah, komunikasi tersebut akan terhalang.
Otak tidak mendapat sinyal dari usus saat perut sudah kenyang.
Jika kebiasaan ini terjadi terus menerus, kita mungkin saja mengalami kegemukan.
Penghalang usus
Alasan ketiga dan terpenting adalah penghalang usus, yang mencegah bakteri usus memasuki aliran darah, akan menjadi lemah.
Hal itu menyebabkan bakteri dengan mudah masuk ke aliran darah dan menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, seperti kondisi autoimun, diare, dan radang usus besar.
Makan ketika marah tidak baik untuk siapa saja, terutama orang-orang yang menderita komplikasi terkait perut.
Jika kamu merasa marah, luangkan waktu untuk menenangkan diri terlebih dahulu dan mengambil napas dalam-dalam.
Setelah suasana hati sudah membaik dan normal, baru lah kamu bisa makan.
Kunyah makanan secara tenang untuk menghindari masalah perut, ya.
(*)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | Kompas.com,health.grid.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |