Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Warkop DKI merupakan salah satu grup lawak legendaris Indoensia.
Walaupun 2 personelnya sudah tiada dan hanya meninggalkan seorang personel, namun nama Warkop masih melekat di hati masyarakat.
Mengutip laman Tribun Bali, Warkop sendiri adalah sebuah grup yang didalangi oleh 3 orang anggota, yakni Dono, Indro, dan Kasino.
Kasino adalah personel yang meninggal dunia mendahului 2 kawannya.
Drs. Kasino Hadiwibowo, merupakan pria kelahiran Gombong, Kebumen, 15 September 1950.
Karier Kasino sebagai pelawak memang melejit melalui Warkop.
Karier tiga sekawan ini melalui Warkop terus melejit di akhir tahun 1970-an.
Setelah film berjudul Maju Kena Mundur Kena, Kasino dan kedua kawannya masuk dalam jajaran artis yang pernah dibayar termahal.
Sebelum wafat, Kasino sempat mengidap penyakit serius pada November 1996.
Hasil rontgen pada kepala Kasino menunjukkan bahwa adanya tumor di bagian otak.
Di Rumah Sakit Advent Bandung, Kasino disarankan untuk menjalani kemoterapi.
Pada tahun 1997, kesehatan Kasino kembali menurun, tapi ia tak patah semangat.
Kasino akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo bersama para sahabatnya pada bulan November 1997.
Pada akhirnya, Kasino wafat pada usia 47 tahun, pada tanggal 18 Desember 1997 di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kasino meninggal dunia karena penyakit tumor otak.
Tumor otak adalah munculnya sel yang tumbuh tidak normal di otak.
Baca Juga: Ini Tantangan Terbesar Tenaga Kesehatan dalam Menurunkan Angka Stunting di Indonesia
Makanan penyebab tumor otak ternyata sering sekali dijumpai, bahkan dikonsumsi sehari-hari.
Penting bagi kita untuk mengetahui apa saja makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Dilansir Grid.ID dari laman Grid Health, inilah makanan yang bisa memicu tumor otak:
1. Karbohidrat olahan
Hasil penelitian dari School of Medical Sciences, UNSW Australia menyebutkan bahwa makanan karbohidrat olahan seperti, mie dan pasta memiliki muatan glikemik (berpotensi lonjakan kadar gula darah) dapat memengaruhi pembentukan susunan saraf otak anak dan orang dewasa.
Baca Juga: 3 Kunci Mencegah Stunting Pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu!
Bahayanya jika kita sering mengonsumsi makanan seperti itu dalam porsi banyak, dapat menyebabkan kerusakan pada otak yang memicu tumor otak.
2. Minuman manis
Tak hanya bisa menyebabkan obesitas, minuman manis juga dapat memicu penurunan fungsi otak, memori, dan pembentukan neuron otak.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal Frontiers in Nutrition pada 2015 yang melakukan penelitian pada hewan dan diberikan asupan fruktosa tinggi,
Hasilnya tikus yang digunakan sebagai objek percobaan mengalami penurunan kadar insulin di otak.
Hal ini bisa jadi terjadi pada manusia dan akan menimbulkan kerusakan pada otak, seperti tumor otak atau kanker otak.
3. Makanan tinggi lemak jahat
Yang termasuk dalam kategori makanan tinggi lemak, yaitu makanan yang mengandung lemak trans buruk bagi kesehatan otak.
Lemak trans yang terkandung dalam produk makanan industri, juga dikenal sebagai minyak sayur terhidrogenasi, seperti margarin, makanan ringan, dan kue kemasan.
Sedangkan lemak trans yang terbentuk alami seperti daging dan susu bukan menjadi masalah yang memengaruhi otak.
Menurut beberapa penelitian dari Harvard Medical School, USA, menyebutkan lemak trans ini dapat menimbulkan peradangan dan gangguan jantung.
4. Ikan tinggi merkuri
Melansir dari WebMD, beberapa ikan yang mengandung merkuri tinggi di antaranya seperti, ikan king makarel, tuna, marlin, todak, tilifish, bahkan hiu.
Ikan tinggi merkuri ini dapat meracuni sistem saraf dan otak.
Menurut hasil yang dipublikasikan Journal of Environmental and Public Health pada 2012, merkuri dapat mengganggu perkembangan otak dan menyebabkan kerusakan komponen sel lainnya.
5. Makanan olahan
Makanan olahan cenderung tinggi gula, ditambahkan lemak dan garam.
Makanan olahan ini seperti keripik, permen, mie instan, popcorn, saus yang dibeli di toko, dan makanan siap saji.
Makanan ini biasanya tinggi kalori dan rendah nutrisi lainnya, sehingga menyebabkan penambahan berat badan yang dapat memiliki efek negatif pada kesehatan otak.
(*)
Source | : | Tribun Bali,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Ayu Wulansari K |