Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – “Makan saat lapar, berhenti saat kenyang”, bukanlah sebuah teori belaka.
Melainkan harus benar-benar diterapkan.
Tetapi godaan untuk memanjakan diri ada di mana-mana, mulai dari kue ulang, es krim, hingga kedai es kopi yang bertebaran seolah terus memanggil.
Meskipun memanjakan perut terkadang baik-baik saja dan baik, tapi melakukannya terlalu sering dapat berdampak pada kesehatan.
Baca Juga: Ayah Mertua Andre Taulany Meninggal Dunia, Netizen Sampaikan Rasa Dukacita
Dilansir Grid.ID dari laman Healthline, inilah sederet bahaya dari makan berlebihan:
1. Meningkatkan lemak tubuh berlebih
Saat makan lebih dari yang kamu keluarkan, ini dikenal sebagai surplus kalori.
Tubuh mungkin menyimpan kalori tambahan ini sebagai lemak.
Makan berlebihan mungkin sangat bermasalah untuk mengembangkan kelebihan lemak tubuh atau obesitas, karena kamu mengonsumsi jauh lebih banyak kalori daripada yang butuhkan.
2. Dapat mengganggu regulasi rasa lapar
Dua hormon utama yang memengaruhi pengaturan rasa lapar, yaitu ghrelin yang merangsang nafsu makan dan leptin yang menekan nafsu makan.
Saat kamu tidak makan untuk sementara waktu, tingkat ghrelin meningkat.
Kemudian, setelah makan, kadar leptin memberi tahu tubuh bahwa sudah kenyang.
Namun, makan berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ini.
Makan makanan tinggi lemak, garam, atau gula akan melepaskan hormon perasaan senang seperti dopamin, yang mengaktifkan pusat kesenangan di otak.
Seiring waktu, tubuh mungkin mengasosiasikan sensasi kenikmatan ini dengan makanan tertentu, yang cenderung tinggi lemak dan kalori.
Proses ini pada akhirnya dapat mengesampingkan regulasi kelaparan, mendorong makan untuk kesenangan daripada rasa lapar.
Gangguan hormon ini dapat memicu siklus makan berlebihan yang terus-menerus.
3. Memicu berbagai penyakit
Meskipun makan berlebihan sesekali kemungkinan tidak memengaruhi kesehatan jangka panjang, tapi makan berlebihan kronis dapat menyebabkan obesitas.
Pada gilirannya, kondisi ini secara konsisten terbukti meningkatkan risiko penyakit.
Obesitas, yang didefinisikan dengan indeks massa tubuh (BMI) 30 atau lebih, merupakan salah satu faktor risiko utama untuk sindrom metabolik.
Kelompok kondisi ini meningkatkan kemungkinan penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya, seperti diabetes dan stroke.
Baca Juga: SM Entertainment Perkenalkan Anggota Kedua Aespa, Bakal Ada Member Virtual?
4. Merusak fungsi otak
Seiring waktu, makan berlebihan dapat merusak fungsi otak.
Beberapa penelitian mengaitkan makan berlebihan dan obesitas yang terus menerus dengan penurunan mental pada orang dewasa yang lebih tua, dibandingkan dengan mereka yang tidak makan berlebihan.
Satu studi pada orang dewasa yang lebih tua menemukan bahwa kelebihan berat badan berdampak negatif pada memori, dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal.
5. Menyebabkan mual parah
Makan berlebihan secara teratur dapat menyebabkan perasaan mual dan gangguan pencernaan yang tidak nyaman.
Perut orang dewasa kira-kira seukuran kepalan tangan dan dapat menampung sekitar 2,5 ons (75 mL) saat kosong, meskipun dapat mengembang hingga menampung sekitar 1 liter (950 mL).
Perhatikan bahwa angka-angka ini bervariasi berdasarkan ukuran dan seberapa banyak kamu rutin makan.
Saat makan besar dan mulai mencapai batas atas kapasitas perut, kamu mungkin mengalami mual atau gangguan pencernaan.
Dalam kasus yang parah, mual ini dapat memicu muntah, yang merupakan cara tubuh mengurangi tekanan perut akut.
6. Menyebabkan gas berlebih dan kembung
Makan makanan dalam jumlah besar dapat membebani sistem pencernaan, memicu gas, dan kembung.
Bahan penghasil gas yang cenderung dimakan berlebihan adalah makanan pedas dan berlemak, serta minuman berkarbonasi seperti soda.
Kacang-kacangan, sayuran tertentu, dan biji-bijian juga dapat menghasilkan gas, meskipun ini tidak terlalu sering dimakan.
7. Menimbulkan rasa kantuk
Setelah makan berlebihan, banyak orang menjadi lesu atau lelah.
Ini mungkin karena fenomena yang disebut hipoglikemia reaktif, di mana gula darah turun tak lama setelah makan besar.
Gula darah rendah biasanya dikaitkan dengan gejala seperti kantuk, lesu, detak jantung cepat, dan sakit kepala.
(*)
5 Ide Games Seru untuk Tukar Kado di Hari Natal 2024, Anti Mainstream dan Bikin Acaramu Makin Meriah
Source | : | Healthline |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nurul Nareswari |