Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Aktor Sean Connery meninggal dunia di usia 90 tahun pada 31 Oktober 2020.
Sang istri, Micheline Roquebrune mengungkapkan penyakit yang diderita suaminya sebelum meninggal.
Ternyata, Connery menderita penyakit demensia.
Roquebrune pun menjelaskan kondisi kesehatan sang suami dan hari-hari terakhirnya.
"Dia menderita demensia dan itu membuatnya menderita," kata Roquebrune seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.
"Namun, dia sudah mencapai harapan terakhirnya untuk pergi tanpa keributan. Setidaknya dia meninggal dalam tidurnya dan itu sangat damai. Itu yang dia inginkan," lanjut Roquebrune.
Menurut Roquebrune, dia dan Connery memiliki kehidupan yang indah bersama.
"Connery adalah model pria. Akan sangat sulit tanpa dirinya, saya tahu itu. Tapi dia pergi dengan damai." kata sang istri.
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang seringkali disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak.
Dilansir Grid.ID dari Grid Health, demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mengakibatkan perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain.
Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik juga terpengaruh.
Beberapa bentuk demensia akan mengubah kepribadian pasien dan memengaruhi otak sehat.
Penderita demensia akan kehilangan kemampuan tertentu dan pengetahuannya yang telah didapatkan sebelumnya.
Hal inilah yang terutama membedakan dengan kondisi lainnya yang memengaruhi pikiran.
Orang yang mengalami masalah pembelajaran atau ber-IQ rendah tidak akan pernah memiliki kemampuan tertentu, tetapi orang yang terkena demensia akan kehilangan kemampuan yang telah didapatkannya.
Demensia biasanya terjadi pada usia lanjut.
Demensia telah diakui sebagai salah satu krisis kesehatan mengancam otak sehat yang paling signifikan di abad ke-21.
Setiap 3 detik, 1 orang di dunia mengalami demensia.
Di Indonesia, sepanjang tahun 2016, ada sekitar 1,2 juta orang dengan demensia.
Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 2 juta pada tahun 2030 dan 4 juta orang pada tahun 2050.
Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia paling umum dan mengakibatkan kemunduran kesehatan otak yang progresif.
Baca Juga: Migrain Bisa Sebabkan Demensia hingga Alzheimer, Wanita Lebih Rentan dan Beresiko!
Menurut Helen Macpherson, Research Fellow, Institute for Physical Activity and Nutrition di Australia, risiko utama demensia adalah usia tua.
Sekitar 30 persen orang berusia di atas 85 tahun di Australia hidup dengan demensia.
Kita memang tidak bisa mengurangi umur atau profil genetis, tetapi ada beberapa gaya hidup yang bisa diubah untuk mempertahankan kesehatan otak kita, antara lain:
Baca Juga: Tetap Waspada, Nyatanya 75 Persen Pasien Meninggal Karena Covid-19 Miliki Penyakit Penyerta Demensia
1. Melakukan latihan mental dan otak
Pada umur berapapun, terus perkuat otak kita dengan kegiatan seperti membaca koran, mengisi teka-teki silang, bermain kartu, menekuni hobi, atau belajar keahlian atau bahasa baru.
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa latihan berkelompok untuk melatih daya ingat serta strategi memecahkan persoalan dapat meningkatkan fungsi kognitif jangka panjang manusia.
2. Tetap melakukan aktivitas sosial
Hubungan sosial yang lebih sering (mengunjungi teman atau mengobrol di telepon) punya kaitan dengan risiko demensia yang lebih rendah.
Sebaliknya, rasa kesepian dapat meningkatkan risiko demensia.
Keterlibatan yang lebih besar dalam kegiatan kelompok atau komunitas juga punya hubungan dengan risiko yang lebih rendah dan mempertahankan kesehatan otak.
Baca Juga: Awas! Terlalu Banyak Makan Pedas Ternyata Bisa Sebabkan Demensia
3. Menjaga kesehatan jantung
Ada kaitan erat antara kesehatan otak dan jantung.
Tekanan darah tinggi dan obesitas, terutama pada usia pertengahan, meningkatkan risiko demensia.
Ketika digabung, dua kondisi ini berperan dalam lebih dari 12 persen kasus demensia.
4. Olahraga
Aktivitas fisik telah terbukti melindungi kita dari kemunduran kognitif dan menjaga otak sehat.
Dari data yang dikombinasikan dari 33 ribu orang lebih, mereka yang aktif secara fisik punya risiko kemunduran kognitif 38 persen lebih rendah dibanding mereka yang tidak.
Baca Juga: Catat nih! 4 Tips Melawan Penyakit Demensia pada Kaum Millenial
5. Berhenti merokok
Merokok berbahaya bagi kesehatan jantung, serta bahan kimia yang terdapat di sebatang rokok memicu peradangan dan perubahan pembuluh otak.
Merokok juga bisa memicu stres oksidatif, yakni rusaknya sel tubuh kita akibat bahan kimia yang disebut radikal bebas.
Proses ini punya andil dalam pembentukan demensia dan mengganggu otak sehat.
Baca Juga: Cara Mencegah Demensia pada Millenials, dari Main Tenis Meja Sampai Rajin Menulis Catatan
6. Berbagi cerita kepada orang lain ketika depresi
Ketika kita depresi, beberapa perubahan terjadi dalam otak yang dapat memengaruhi risiko demensia.
Kadar hormon stres kortisol yang tinggi telah dihubungkan dengan penyusutan area otak yang penting bagi memori atau ingatan.
Penyakit yang merusak pembuluh darah juga telah diamati dalam depresi dan demensia.
Dengan coba melakukan enam hal di atas, maka risiko demensia bisa semakin diminimalisir.
(*)
3 Tahun Menghilang, Li Ziqi Akhirnya Comeback, Ini 5 Fakta Sang YouTuber Cantik Nomor 1 di China dan Alasan Sempat Hiatus
Source | : | Kompas.com,Grid Health |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta N |