Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Orang-orang menganggap minuman manis sebagai penyumbang signifikan bagi banyak kondisi kesehatan, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, dan kerusakan gigi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa meminum sekaleng minuman bersoda dapat memiliki efek merusak tubuh dalam waktu satu jam, loh.
Dilansir Grid.ID dari laman Medical News Today, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar setengah dari populasi Amerika Serikat akan minum setidaknya satu minuman manis pada hari tertentu.
Orang dewasa muda adalah konsumen minuman manis yang paling umum.
Ada 37 gram (g) gula tambahan, yang setara dengan hampir 10 (sdt), dalam satu kaleng soda.
Padahal, untuk kesehatan yang optimal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 6 sdt gula tambahan setiap hari.
Dengan meminum satu porsi soda sehari, seseorang akan dengan mudah melebihi jumlah ini.
Lantas, apa efeknya pada tubuh?
Infografis oleh apoteker Inggris, Niraj Naik, menunjukkan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh minuman bersoda 330 mililiter (ml) pada tubuh dalam waktu 1 jam setelah dikonsumsi.
Naik mendasarkan infografik pada penelitian oleh penulis kesehatan, Wade Meredith.
Menurut Naik, rasa manis yang pekat dari sekaleng minuman bersoda akibat kandungan gulanya yang tinggi seharusnya membuat seseorang segera muntah begitu masuk ke dalam tubuh.
Namun, asam fosfat dalam minuman menumpulkan rasa manisnya, memungkinkan orang untuk menahan minumannya.
Kadar gula darah meningkat drastis dalam 20 menit setelah minum soda.
Hal itu menyebabkan ledakan insulin.
Hati kemudian mengubah jumlah gula yang tinggi menjadi lemak.
Fakta mengejutkan lain bahwa efeknya mirip dengan heroin.
Dalam 40 menit, tubuh telah menyerap semua kafein dari cola.
Kafein ini menyebabkan pupil membesar dan tekanan darah meningkat.
Hanya 5 menit kemudian, produksi dopamin akan meningkat.
Dopamin adalah neurotransmitter yang membantu mengontrol pusat kesenangan dan penghargaan di otak.
Menurut infografik, cara minuman ini menstimulasi pusat-pusat ini sebanding dengan efek heroin.
Hal itu memicu keinginan seseorang untuk minum kaleng lainnya.
Menurut Naik, infografik ini juga untuk semua minuman soda berkafein.
“Coke tidak hanya tinggi sirup jagung fruktosa tinggi, tapi juga dikemas dengan garam halus dan kafein,” tulis Naik di blognya, The Renegade Pharmacist.
“Konsumsi rutin bahan-bahan ini dalam jumlah tinggi yang Anda temukan di Coke dan makanan serta minuman olahan lainnya dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Namun, jumlah kecil kadang-kadang tidak akan menimbulkan bahaya besar," katanya.
Pada tahun 2018, tinjauan pustaka mini menyoroti lebih banyak cara di mana minuman manis dapat memengaruhi kesehatan.
Baca Juga: Parno Putrinya Telah Tertular Covid-19, Pria Ini Tega Bunuh sang Anak usai Penyakit Asmanya Kambuh
Para penulis meneliti efek minuman yang dimaniskan dengan gula pada otak.
Mereka menemukan bahwa minuman ini meningkatkan kadar senyawa dan bahan kimia tertentu yang mengganggu aktivitas otak, meningkatkan risiko stroke, dan demensia.
Mereka juga menemukan bahwa mengonsumsi minuman manis secara teratur dapat memengaruhi kualitas dan durasi siklus tidur seseorang.
Beberapa senyawa juga memiliki efek pada memori dan koordinasi motorik, yang dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan hiperaktif defisit perhatian (ADHD) pada anak-anak.
Namun, banyak penelitian dalam ulasan ini dilakukan pada tikus.
Sejauh mana efek minuman manis pada manusia masih belum jelas.
Para penulis studi tahun 2018 yang melibatkan 2.019 peserta menemukan bahwa mereka bahkan tidak dapat mengesampingkan konsumsi soda diet sebagai faktor risiko diabetes.
Mereka mencatat bahwa temuan ini mendukung anggapan bahwa minuman yang dimaniskan dengan gula, berperan dalam perkembangan penyakit kronis ini.
Sebuah studi tahun 2016 pada tikus menemukan bahwa tikus yang konsumsi minuman bersoda menunjukkan tanda-tanda penurunan fungsi ginjal dan hati, dibandingkan dengan tikus yang tidak minum soda.
(*)
Source | : | medical news today |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |