Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Artis dan pembawa acara, Nirina Zubir, akhirnya dinyatakan negatif dari Covid-19 setelah menjalani karantina mandiri selama satu bulan.
Hal ini disampaikan oleh Nirina Zubir melalui unggahan Instagram pribadinya, bertepatan dengan ulang tahun suaminya, Ernest Cokelat pada 9 Januari yang lalu.
Sebelumnya, wanita kelahiran tahun 1980 ini memang dinyatakan positif terpapar Covid-19 bersama dengan suami dan kedua anaknya.
Namun setelah melakukan isolasi mandiri selama dua minggu, hasil tes swab Nirina masih positif, sedangkan suami dan kedua anaknya sudah negatif.
Nirina Zubir baru dinyatakan negatif dan dapat berkumpul bersama keluarganya lagi setelah empat kali melakukan tes swab.
Takut virus masih tersisa di rumahnya, pemeran Emak dalam Film Keluarga Cemara ini memutuskan untuk mengasapi atau fogging rumahnya dengan disinfektan.
Dalam unggahan di Instagram, Nirina memperlihatkan dirinya berada di dalam rumah yang sedang difogging tanpa pelindung apapun kecuali masker.
"Setelah kami semua sudah negatif Covid-19, berikut yang Na lakukan adalah meng-fogging disinfectant rumah agar lebih yakin rumah Na steril dari virus. Karena jujur Na rindu sama Buya (panggilan untuk Ayahnya) Na dan ingin bertemu dengannya di rumah ini lagi. Karena waktu kami terpapar, Buya Na yang tadinya tinggal di rumah Na langsung kita pindahkan ke rumah abang Na.
Semoga virus-virus hilang keberadaannya di rumah ini dan orang-orang seisi rumah Na juga terus terlindungi," tulis Nirina dalam unggahannya.
Dilansir dari laman farmasi.ugm.ac.id, disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur pada permukaan benda mati.
Namun ternyata, penggunaan disinfektan perlu diwaspadai agar tidak mengenai tubuh manusia, apalagi sampai sengaja disemprotkan langsung ke tubuh manusia.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyebutkan bajwa disinfektan hanya ampuh menghilangkan mikroorganisme yang menempel pada benda-benda mati.
"Sifatnya hanya sementara. Disinfektan ini adalah proses dekontaminasi yang membunuh mikroorganisme, virus, bakteri pada obyek permukaan benda mati," ujar Wiku.
Wiku juga mengingatkan bahwa penting untuk memerhatikan komposisi dan bahan dasar disinfektan saat melakukan penyemprotan.
Ia juga tidak menyarankan penggunaan disinfektan secara berlebihan.
"Seperti fogging. Karena dapat menimbulkan iritasi kulit bahkan mengganggu pernapasan," lanjut Wiki.
Ketika melakukan fogging, asap disinfektan yang mengandung klorin bisa terhirup oleh siapapun dengan mudah dan hal ini akan membahayakan sistem pernapasan.
Oleh sebab itu ketika melakukan fogging di dalam rumah, pastikan area rumah dan sekitarnya tidak sedang dihuni oleh orang ataupun hewan peliharaan.
Petugas fogging pun harus dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD).
Selain itu, Organisasi Kesehatan Manusia (WHO) juga sudah melarang penggunaan disinfektan yang disemprotkan ke tubuh dalam bentuk apapun.
Hal ini disampaikan WHO melalui Twitter WHO Indonesia bahwa menyemprotkan disinfektan yang mengandung alkohol dan klorin pada tubuh tidak akan membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh dan justru membahayakan.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB kemudian memberikan penjelasan mengapa penyemprotan disinfektan dianggap kurang efektif.
Melansir Kompas.com oleh Grid.ID, Ari menjelaskan bahwa disinfektan dapat berbahaya untuk mukosa mulut, hidung dan mata.
"Mata bisa iritasi, memerah, pada orang dengan kulit sensitive bisa terjadi dermatitis kontak atau kelainan pada kulit akibat kontak dengan zat kimia tersebut. Kalau dihirup bisa sesak napas, kalau tertelan akan muntah," jelas Ari.
Jika seseorang terpapar bahan kimia dalam jangka waktu lama juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam tubuh yang bisa berujung pada kanker dan gangguan organ.
"Sebentar mungkin tidak masalah, tapi dalam waktu lama bisa menyebabkan gangguan organ. Kalau zat biasanya liver akan terganggu," papar Ari.
(*)
Pak Tarno Derita Sakit Stroke, Istri Pertama Ngaku Ogah Jenguk Gegara Kelakuan Bini Muda: Pelakor Itu!
Source | : | Kompas.com,Instagram,Farmasi.ugm.ac.id |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Nesiana |