"Semir sepatu saya di Pertamina di Ampera, tempat ojek payungnya di sana, lahir di Santo Yosef di Jalan Gadang, besar di Pelabuhan Tanjung Priok, dan tinggal di Jalan Bakti," ujar Ahmad Sahroni lagi.
Ia pun pernah mengungkap perlakuan buruk yang dialaminya saat bekerja sebagai sopir.
"Dulu jadi supir di salah satu perusahaan yang akhirnya perusahaan itu jadi milik saya, nyupirin sambil dengerin dia telpon sana telpon sini kerja, nah saat dia mabok tidur di hotel, dia nugasin saya, saat tugas itulah saya jalanin," terang Ahmad Sahroni.
"saya sudah kerja sampai 2 hari 2 malam di laut, pas sampai kantor dia datang saya dibilang maling, itu mau dilempar asbak, dilempar rokok. Saya rasa luar biasa pedih ya, karena dua hari kerja di laut pas nyampek dapat keuntungan malah dibilang maling," imbuhnya.
Punya pengalaman getir sebagai orang bawah, Ahmad Sahroni kini iba dengan kisah Ibu Rumah Tangga (IRT) yang ditahan bersama bayinya.
Sebagaimana dilansir Grid.ID dari laman Tribunnews.com, Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem itu meminta agar empat orang IRT yang ditahan dibebaskan atas dasar kemanusiaan.
Pasalnya, sebanyak empat orang IRT yang masih harus menyusui balitanya ditahan karena tuduhan pengrusakan, di Kejaksaan Negeri Praya, Lombok Tengah, NTB.
Empat IRT itu yakni, Nurul Hidayah (38 tahun), Martini (22 tahun), Fatimah (38 tahun), dan Hultiah (40 tahun).