Tawaran proyek pembangunan yang biasanya ia terima pun tak kunjung berdatangan.
Alhasil, pada tahun 1967, Friedrich memutuskan untuk mencari pekerjaan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam surat lamaran yang ia kirim, Friedrich menceritakan kesulitan yang dihadapinya di tengah-tengah krisis ekonomi yang tengah melanda.
Gayung tak bersambut, lamaran Friedrich tak mengantarkannya pada pekerjaan apapun.
Baca Juga: Gagal Nikah, Kalina Ocktaranny Sempat Bertanya Pada Tuhan: Gak Layakah Saya Bahagia?
Dalam sebuah surat balasan, Alvaro Ortega, Kepala Penasihan Bangunan Inter-Regional; Departemen Pusat untuk Perumahan, Bangunan dan Perancanaan PBB menyatakan belum ada lowongan yang sesuai bagi Friedrich.
P Simamora dan kawan-kawan, dalam Biografi Friedrich Silaban Perancang arsitektur Masjid Istiqlal menuturkan bahwa Friedrich baru mendapat tawaran proyek mulai pertengahan tahun 1977.
Kala itu, Gubernur Sulawesi Tengah memintanyya merancang Masjid Agung Kota Palu.
Baca Juga: Tiada Maaf Meski Ayus Sabyan Telah Mengaku Khilaf, Ririe Fairus Tetap Urus Sidang Cerai
Meski tak sebesar proyek yang ia garap di sekitar tahun 1960-an, beberapa proyek mulai dikerjakan Friedrich pada tahun 1978.
Sejumlah rumah tinggal pribadi di Bogor dan Jakarta sempat menjadi garapannya.
Namun, memasuki pertengahan 1983, Friedrich mengalami kemunduran kondisi kesehatan. Pada Mei 1984, Friedrich pun meninggal dunia di RSPAD.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Friedrich Silaban, Arsitek Pembuat Masjid Istiqlal yang Hidup Susah sampai Harus Cari Pekerjaan"
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Mia Della Vita |