Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Belum banyak yang mengetahui bahwa Rafathar, anak pasangan selebriti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, mempunyai kebiasaan sleepwalking.
Hal ini diungkapkan oleh Nagita Slavina dalam kanal Youtube Mrs Ayu Dewi pada Sabtu (27/02/2021).
Awalnya, Nagita Slavina mengungkapkan perkembangan Rafathar yang kini sudah berani tidur sendiri.
Namun setiap subuh, Rafathar sering kali berjalan dalam tidur ke kamarnya dan suami, Raffi Ahmad.
“Iya (tidur di bawah), tapi dia biasa, subuh naik. Terus pagi bangun bangun dia udah di situ (kamar). ‘Kenapa Aa naik?’ (jawab Rafathar) ‘enggak- enggak,’ dia enggak ingat,” ujar Nagita yang dikutip dari Kompas.com.
Rupanya, Rafathar yang saat ini sudah berusia 5 tahun ini memang sering sekali berjalan dalam tidurnya atau sleepwalking tanpa disadarinya.
Untungnya, menurut wanita berusia 33 tahun ini, kebiasaan sleepwalking putranya itu lambat laun menghilang.
Melansir Sleep Foundation, sleepwalking atau berjalan dalam tidur memang rentan dialami oleh anak kecil dibandingkan dewasa.
Sebuah studi menunjukkan bahwa 29 persen anak-anak dalam rentang umur 2 hingga 13 tahun mengalami sleepwalking.
Baca Juga: Pevita Pearce Ternyata Memiliki Kebiasaan Sleepwalking
Sedangkan sleepwalking pada orang dewasa terjadi sekitar 4 persen.
Sleep Foundation mendefinisikan fenomena sleepwalking sebagai satu gangguan tidur jenis parasomnia yang merupakan perilaku abnormal ketika tidur.
Perilaku abnormal ini terjadi karena seseorang berada di perbatasan antara tidur dan terjaga.
Baca Juga: Rafathar Minta Izin Jual Tas Ratusan Juta Milik Nagita Slavina, Ini Jawaban sang Ibunda
Adapun gejala atau tanda seseorang mengalami sleepwalking adalah orang itu akan terbangun dari tidur dengan mata terbuka dan berkaca-kaca serta ekspresi wajah yang kosong.
Biasanya seorang sleepwalker juga tidak merespons ketika diajak berbicara atau bahkan tidak dapat berkomunikasi sama sekali.
Sleepwalker bisa saja hanya bangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidur sambil menggerakkan kakinya, namun beberapa sleepwalker lainnya bisa sampai melakukan aktivitas seperti berganti baju, memindahkan barang, atau bahkan mengendarai kendaraan.
Baca Juga: Tips Atasi Susah Tidur Malam Hari, Kamu Butuh Lakuhan Hal-hal Ini Nih!
Kondisi ini yang harus diperhatikan karena sleepwalker berpotensi menyakiti atau membahayakan dirinya sendiri ketika berada dalam episode sleepwalkingnya.
Pada satu episode sleepwalking, biasanya terjadi selama beberapa detik hingga setengah jam.
Setelah menyelesaikan satu episode sleepwalking, seorang sleepwalker biasanya akan kembali tidur atau justru terbangun dengan perasaan bingung.
Baca Juga: Kenali Gangguan Tidur Sleep Apnea yang Dapat Membuat Napasmu Berhenti Saat Tidur
Menurut Sleep Foundation, ada berbagai penyebab yang mendasari perilaku sleepwalking ini, di antaranya:
Genetik
Berdasarkan hasil penelitian, 47 persen anak mengalami sleepwalking apabila salah satu orangtuanya pernah mengalami sleepwalking.
Sedangkan 61 persen anak mengalami sleepwalking apabila kedua orangtuanya punya riwayat sleepwalking.
Kurang tidur
Orang-orang yang mengalami kurang tidur hingga akhirnya bisa tertidur nyenyak berpotensi mengalami sleepwalking.
Hal ini dikarenakan episode sleepwalking terjadi ketika mereka berada dalam tidur yang sangat dalam dan nyenyak.
Baca Juga: 9 Bahaya Kalau Kamu Kurang Tidur, Depresi Samapi Hilang Gairah Seksual
Pengaruh obat
Beberapa obat memberikan efek menenangkan yang dapat mendorong seseorang untuk berada di tingkatan tidur yang dalam.
Lagi-lagi, orang yang berada dalam tidur yang dalam dapat berpotensi mengalami sleepwalking.
Baca Juga: Tak Berbahaya Asal Tidak Berlebihan, Ini Cara Bijak Mengkonsumsi Minuman Mengandung Etil Alkohol
Alkohol
Bagi orang dewasa, mengonsumsi alkohol di malam hari sebelum tidur dapat meningkatkan risiko sleepwalking.
Alkohol dapat menyebabkan tahap tidur seseorang menjadi tidak stabil.
Demam dan cedera otak
Anak yang mengalami demam tinggi berisiko mengalami sleepwalking yang disebabkan oleh penyakit demamnya itu sendiri.
Sedangkan orang yang mengalami cedera otak, termasuk pembengkakan otak juga dapat memicu sleepwalking.
Baca Juga: Sering Merasa Bad Mood? Mungkin Kamu Kekurangan 4 Hormon Ini!
Stres
Ternyata stres, baik fisik maupun emosional, dapat meningkatkan risiko sleepwalking, terutama bagi orang dewasa.
Stres memang sering disebut dapat memengaruhi tidur seseorang.
Namun jangan khawatir, sleepwalking pada anak kemungkinan besar berkurang atau bahkan menghilang seiring dengan bertambah dewasanya anak.
(*)
Source | : | Kompas.com,sleep foundation |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Deshinta N |