Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Rachel Vennya membuka sesi tanya jawab di Instagram mengenai gangguan bipolar yang dideritanya.
Hal ini dilakukan Rachel untuk memperingati hari bipolar sedunia yang jatuh setiap tanggal 30 Maret.
Melansir Mayo Clinic, gangguan bipolar atau bipolar disorder merupakan salah satu gangguan kesehatan jiwa yang ditandai dengan perubahan suasana hati ekstrem.
Perubahan ini mencakup emosi tertinggi, yaitu ketika seseorang sangat senang, serta emosi terendah atau ketika seseorang sangat depresi.
Pada tahun 2014, Rachel Vennya sebenarnya sudah terbuka dengan gangguan bipolar yang dideritanya.
Namun karena saat itu stigma orang tentang gangguan bipolar tidak terlalu baik, maka ia memutuskan untuk menutupnya rapat dari publik.
Hingga akhirnya ibu dari dua anak ini kembali buka-bukaan soal gangguan mentalnya ini pada April 2020 melalui sebuah video di kanal Youtube bersama Niko Al Hakim yang dulu menjadi suaminya.
"Mungkin beberapa dari kalian juga sempat ingat tahun 2014an aku pernah terbuka soal BD (bipolar disorder) yang aku benar-benar struggling banget jalaninnya, sampai akhirnya aku menutup itu semua karena stigma orang-orang terhadap BD," ucap Rachel Vennya yang dikutip dari Kompas.com (27/04/2020).
Nah, baru-baru ini, wanita berusia 25 tahun itu kembali buka-bukaan tentang gangguan bipolarnya dengan followersnya di Instagram.
Menurut Rachel, tidak semua orang dengan gangguan bipolar sadar ketika mereka mengalami perubahan suasana hati.
“Beberapa orang (yang menderita gangguan bipolar) nggak tau kalau mereka lagi kambuh tapi biasanya orang sekitar tuh bisa sadar, jadi kadang suka diingetin ‘udah minum obatnya belum?’” tulis Rachel yang dikutip dari Instagram Story @rachelvennya pada Selasa (30/3/2021).
Selain itu, Rachel juga menyebutkan beberapa gejala gangguan bipolar seperti terlalu senang, impulsif, cepat terdistraksi, dan terlalu bersemangat.
“Pokoknya kayak orang yang energic gitu ngomongnya cepet banget kayak kereta, kadang aku suka motong omongan orang tanpa sadar hehe” imbuh Rachel.
Selain gejala yang disebutkan Rachel, melansir Kompas.com, pada dasarnya, seseorang yang mengidap gangguan ini memiliki dua fase yang disebut manik (dan hipomanik) serta depresi.
Sebagai catat, fase manik dan hipomanik sebenarnya adalah dua periode berbeda namun mempunyai dua gejala yang sama seperti:
- Detak jantung tidak normal, perasaan gelisah atau aneh
- Merasa punya energi berlebih hingga memulai banyak aktivitas
- Rasa percaya diri yang berlebihan dan adanya euphoria
- Nyaris tak membutuhkan tidur
- Punya khayalan yang tak biasa
- Punya banyak pemikiran atau ide-ide
- Seringnya, pada fase ini membuat banyak keputusan buruk
- Mudah tersinggung
Sedangkan pada fase depresi, penderita gangguan bipolar mengalami gejala seperti:
- Suasana hati yang buruk
- Mudah merasa tertekan, sedih, hampa, dan putus asa
- Kehilangan minat atau kesenangan pada sesuatu atau banyak hal
- Penurunan berat badan secara signifikan
- Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Gelisah tapi tak bisa melakukan banyak hal
- Mudah lelah dan kehilangan energi sehingga malas beraktivitas
- Merasa tidak berharga atau rasa bersalah berlebihan
- Sulit berkonsentrasi atau berpikir tenang
- Pada beberapa kasus, orang merencanakan bunuh diri
- Sering lupa terhadap banyak hal
Meski begitu, Rachel menekankan bahwa untuk mengetahui bahwa seseorang menderita gangguan bipolar, ia harus memeriksakan diri ke dokter.
“Kamu nggak bisa bilang kamu bipolar cuman karena malam sedih, paginya senang” ujarnya.
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosa gangguan ini pun lebih ke sesi berbicara/mengobrol secara terbuka dengan dokter tentang perubahan suasana hari, perilaku, dan pola hidup.
Seperti yang diinformasikan Kompas.com dari Web MD, sebanyak 50 persen penderita gangguan bipolar harus mendatangi tiga tenaga professional hingga akhirnya didiagnosa dengan tepat.
Untuk itu, Rachel pun mendorong para followers-nya untuk segera mendapatkan pertolongan medis, terutama bagi mereka yang pernah mengalami trauma, shock, atau masalah lainnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Instagram,Mayo Clinic |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |