Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Sempat dikabarkan mengandung pada Januari lalu, tapi Nathalie Holscher mengalami pendarahan hingga harus kehilangan janinnya.
Kini, wanita berusia 28 tahun itu kembali mengandung buah hatinya dengan Sule.
Layaknya wanita hamil lain, ada beberapa hal yang dialami.
Diwartakan Grid.ID (30/4/2021), Nathalie Holscher menjadi lebih sensitif selama masa kehamilan.
Hal itu dijelaskan oleh sang suami.
"Lebih sensitif, lebih ke situ lah (suka nangis), jadi sayanya harus sabar lah," kata Sule.
Oleh karena itu, ia kerap menyempatkan waktu untuk menemani sang istri.
"Kalau ada waktu di rumah sempetin untuk nemenin dia, melukin dia itu aja yang terbaik buat dia lah," katanya.
Lebih sensitif atau sering menangis memang kerap dialami ibu hamil, ini bukanlah hal aneh.
Dilansir Grid.ID dari laman Healthline, meskipun kamu orang yang secara alami sentimental atau emosional, mungkin akan lebih sering menangis selama kehamilan.
Apabila biasanya kamu merupakan orang yang jarang meneteskan air mata, luapan emosi yang tidak terkendali mungkin sering terjadi.
Meskipun emosi adalah bagian normal dari kehamilan, ada baiknya memahami alasan dari hal ini.
Berikut penyebab ibu hamil sering menangis:
Baca Juga: Mengenal Pregnancy Glow Alias Kulit Bersinar Saat Hamil, Ternyata 6 Hal Ini Penyebabnya!
Trimester pertama:
Menangis pada trimester pertama bukanlah hal yang aneh, mengingat pada saat itulah terjadi perubahan sekresi hormon.
Kadar estrogen dan progesteron yang lebih tinggi selama trimester pertama menjadi penyebab atas beberapa perubahan suasana hati, yang ditandai dengan mudah tersinggung dan sedih.
Kehamilan adalah perubahan besar dalam hidup.
Karena alasan ini, dikombinasikan dengan hormon yang berubah dengan cepat, maka kebiasaan menangis selama trimester pertama mungkin disebabkan oleh perasaan bahagia yang ekstrim hingga kecemasan atau ketakutan bahwa sesuatu akan terjadi pada bayi.
Trimester kedua dan ketiga:
Pergeseran hormonal dapat berlanjut hingga trimester kedua dan ketiga, jadi menangis juga dapat terjadi selama masa ini.
Tubuh berubah dengan cepat, yang juga dapat meningkatkan tingkat kecemasan.
Akibatnya, beberapa wanita mungkin merasa lebih gelisah pada trimester kedua.
Jika demikian, stres dan frustrasi sehari-hari yang normal juga bisa memicu kebiasaan menangis.
Mendekati persalinan, mungkin ada banyak hal yang dipikirkan.
Kamu harus menyelesaikan kamar bayi, keuangan, dan realitas persalinan yang mungkin membuat sedikit panik.
Lantas, bagaimana cara mengatasi kebiasaan menangis selama kehamilan?
Sebenarnya, bumil tidak dapat mengontrol perubahan hormonal selama kehamilan.
Tetapi dapat mengambil langkah-langkah untuk membantu meringankan efek dari perubahan ini, yang dapat mengurangi kebiasaan menangis selama kehamilan.
Baca Juga: Ibu Hamil Rentan Terkena Infeksi HPV, Komplikasinya Bisa Sampai Membuat Bayi Lahir Prematur!
1. Tidur yang cukup
Terlalu sedikit tidur dapat meningkatkan tingkat stres dan membuat lebih mudah tersinggung.
Usahakan untuk tidur setidaknya 7 sampai 9 jam setiap malam.
2. Aktif secara fisik
Tanyakan kepada dokter tentang latihan ringan selama kehamilan untuk meningkatkan energi dan meningkatkan kesehatan mental.
Jalan-jalan, berenang, atau ikuti kelas aerobik ringan.
3. Bicaralah dengan ibu atau wanita hamil lain
Mendapatkan dukungan, baik secara online atau dari kelompok lain, juga dapat meredakan beberapa ketakutan dan kecemasan yang terkait dengan kehamilan.
Dengan berbicara dengan wanita lain, dapat berbagi saran, menceritakan kisah pribadi, hingga saling mendukung secara emosional.
Baca Juga: Mengenal Kehamilan Samar pada Fenomena Wanita Muda Melahirkan Setelah 1 Jam Hamil
4. Jangan membebani diri sendiri
Mempersiapkan bayi baru memang bisa sangat melelahkan dan membuat stres.
Tetapi jangan merasa bahwa kamu harus melakukan semuanya sendiri atau harus melakukan semuanya sebelum bayi lahir.
Jenis tekanan ini dapat menyebabkan frustrasi, rasa bersalah, dan menangis.
Jika mengalami depresi, bicarakan dengan dokter.
Antidepresan tertentu bisa aman dikonsumsi selama kehamilan.
Selain itu, mengobati depresi selama kehamilan dapat menurunkan risiko postpartum depression (PPD) setelah bayi lahir.
(*)
5 Shio Paling Suka Gaya Hidup Minimalis, Pilih Barang Sederhana tapi Fungsional
Source | : | Kompas.com,Healthline |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Irene Cynthia |