Hal ini untuk menggali serta menghidupkan kembali jejak persaudaraan lintas bangsa yang diwariskan oleh leluhur kita melalui musik, seperti yang telah digambarkan dalam pahatan pada relief candi Borobudur.
Bentuk kegiatan dari konferensi ini adalah pemaparan dan diskusi oleh narasumber yang mempunyai pengalaman dan kepakaran dalam bidang musik, etnomusikologi, cagar budaya tak benda, pariwisata, dan seni budaya.
Hadir pula sebagai pembicara ahli dari akademisi dan birokrat yang menguasai tentang industri kreatif seni musik serta ekonomi kreatif, asosiasi pariwisata, dan praktisi wisata seni budaya berpengalaman.
Konferensi Internasional Sound of Borobudur “Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik” akan terbagi dalam dua elemen penting.
Pertama, mendorong untuk merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang ada di relief candi Borobudur.
Dan yang kedua adalah elemen mengakselerasi warisan budaya sebagai kata kerja, untuk mendorong terwujudnya sound destination sebagai destinasi baru.
Borobudur selaku Destinasi Super Prioritas dengan segenap keunggulan dan kelebihannya sebagai sebuah ekosistem pariwisata bertema heritage bersama Sound of Borobudur Movement yang memiliki isu kuat dan lengkap dalam aspek utama Storynomic yang mencakup budaya, sejarah, entertainment, ekonomi berbasis masyarakat dan nilai warisan pencapaian peradaban luhur yang dihidupkan kembali di masa kini melalui berbagai kegiatan di masyarakat kawasan.
Konferensi ini diharapkan dapat meneguhkan Borobudur sebagai perpustakaan dan pusat musik dunia, berdasarkan bukti yang ada di dalam relief dan dikuatkan oleh karya ilmiah yang ditulis oleh para akademisi yang ahli di bidangnya.
Selain itu, dari aspek cultural studies, arkeologi, antropologi, etnomusikologi dan sejarah yang merupakan hasil dari seminar pada 7–9 April 2021 di Borobudur.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat turut membangun jejaring dan kerja sama di lingkup nasional dan internasional terkait pengembangan gerakan Sound of Borobudur beserta program turunannya.
Program-program tersebut secara otomatis merupakan sarana penguat dan penunjang pariwisata di Borobudur serta menjadi wahana bagi terwujudnya alternatif destinasi wisata baru.
Sasaran lain yang tak kalah penting adalah memperkaya khazanah instrumen musik nusantara dan dunia yang terkait dengan relief Borobudur yang dapat terkait langsung dengan dunia pendidikan musik yang dapat dilakukan di dalam kawasan sebagai contoh kegiatan wisata pendidikan (edutourism) dan wisata musikal (kedua program ini dapat dilakukan secara hybrid).
Konferensi Internasional Sound of Borobudur “Music Over Nations: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik” dibagi menjadi dua sesi.
Sesi pertama bertopik “Merangkai kembali keterhubungan antarbangsa melalui alat musik yang terpahat di relief candi Borobudur”.
Pada sesi ini diharapkan terdapat diskusi antarpemangku kepentingan terkait, tentang bagaimana membaca jejak semangat leluhur pada masa lalu, untuk diproyeksikan kepada langkah-langkah aksi nyata pada masa mendatang.
Narasumber pada sesi ini di antaranya Profesor Emerita Margaret Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia.
Ia memaparkan aspek etnomusikologi diharapkan dapat menunjukan jejak sejarah di masa lalu mengenai keterhubungan antarbangsa melalui musik, khususnya terkait dengan relief alat musik di candi Borobudur.
Addie MS, pendiri Twilite Orchestra, pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan produser musik turut menjadi pembicara dalam sesi ini dengan mengangkat topik “Bagaimana musik dapat dibawa ke posisi strategis sebagai bahasa pemersatu dan analogi perbedaan sebagai kekayaan yang membentuk harmoni”.
Tantowi Yahya, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands, dan Niue serta Duta Besar Keliling untuk Wilayah Pasifik pada sesi ini memberikan pemaparan dari aspek hubungan internasional, diharapkan mampu memetakan bagaimana Music Over Nations bisa menjadi sarana diplomasi budaya dan alat komunikasi antarbangsa.
Sementara itu, pada sesi kedua bertajuk “Membangun sound destination sebagai destinasi baru, mengimplementasikan Borobudur sebagai sebuah warisan yang harus dikerjakan”, hadir sebagai pembicara di antaranya Prof Dr M Baiquni MA, pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf RI Dr Muhammad Amin SSn MSn MA, serta perwakilan dari UNESCO dan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO). (*)
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Okki Margaretha |