Dalam jejaring sosial pribadinya ia menulis, "Sudah waktunya bagi saya untuk pergi."
Berdasarkan pengakuan seorang eksekutif Facebook -- yang ingin dirahasiakan namanya -- Jan Koum mengaku gelisah dengan kebijakan Facebook menyikapi data pengunanya dalam beberapa tahun terakhir.
Jan Koum cukup terganggu dengan begitu banyak dan vulgarnya informasi yang dapat diperoleh Facebook ketika secara bersamaan banyak orang menuntut perlindungan data pribadi pengguna secara lebih ketat.
Khawatir berkepanjangan, sejak akhir tahun 2017, Koum mengambil ancang-ancang segera hengkang.
Keluarnya Koum merupakan pukulan telak bagi Facebook paska mengalami guncangan hebat dalam beberapa bulan terakhir.
Jauh sebelum kasus Cambridge Analytica menerpa Facebook bak badai tak berkesudahan, Facebook mendapatkan pengawasan ketat paska agen-agen Rusia terbukti memanfaatkan Facebook guna melanggengkan kekuasan Vladimir Putin pada pemilu presiden 2016.
Lantas awal 2018 ini Facebook terbuti mengulangi kesalahan yang sama sebab teledor mengawasi keamanan data penggunanya.
87 juta data pengguna Facebook digunakan secara ilegal oleh konsultan politik Donald Trump, Cambridge Analytica.
Disinyalir kebocoran data ini jadi kunci kemenangan Donald Trump.
Kontroversi menyoal penanganan data pengguna ini membuat jajaran eksekutif Facebook terbelah sikap.
Menyikapi itu, Facebook melakukan perombakan besar-besaran pada jajaran eksekutifnya.
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | nypost.com |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |