"Ruth Marini adalah aktor film dan teater yang sangat kuat. Banyak sekali ilmu dalam seni peran yang ia kuasai mencakup teknik vokal, raut wajah, maupun pernafasan."
"Hal-hal inilah yang membuat saya merasa ia sangat kuat untuk memerankan ibu Sur. Sosok yang dipenuhi tekanan dari berbagai sisi kehidupan dan harus terus bekerja untuk ketahanan hidup keluarganya."
"Banyak lapisan emosi yang sudah terpendam lama, dan semua lapisan itu harus terwujud melalui raut wajah. Hanya dengan melihat wajahnya pun, kita tahu sejarah yang telah dilalui karakter ibu Sur," jelas Wregas.
Sementara kekuatan Lukman Sardi, menurut Wregas, terletak pada matanya. Kekuatan mata ini Wregas amati sejak pertama kali melihat akting Lukman dalam "Sang Pencerah".
"Ia mampu menahan emosi yang meluap-luap, yang tidak harus terwujud dari kata-kata maupun gerak tubuh, melainkan hanya diwujudkan dari mata."
"Mata yang menahan emosi dan perasaan. Pada saat memikirkan peran ayah Sur ini, pikiran saya langsung tertuju pada Lukman Sardi."
"Bagaimana suatu perasaan yang campur aduk mencakup tekanan sosial, rasa sayang terhadap anak, spiritualitas, dan lain-lain harus dipadukan ke dalam satu peran, dan diwujudkan dengan porsi yang pas," ungkap Wregas.
“Penyalin Cahaya” merupakan debut film panjang Wregas Bhanuteja.
Sebelumnya, ia sudah membuat film-film pendek yang berhasil masuk kompetisi festival film internasional.
Antara lain, “Lemantun” (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), “Lembusura” (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), “Prenjak” (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta “Tak Ada yang Gila di Kota Ini” (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).
Dalam membuat “Penyalin Cahaya”, produser Adi Ekatama dan Ajish Dibyo dari Rekata Studio berkolaborasi dengan produser Willawati dari Kaninga Pictures.
Kaninga Pictures sendiri pernah memproduksi film “Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak” (2017).
Dalam kompetisi utama Busan International Film Festival (BIFF) pada Oktober mendatang, film "Penyalin Cahaya" (judul internasional: "Photocopier") akan bersaing dengan sepuluh film dari delapan negara lain untuk memperebutkan empat penghargaan bergengsi, yakni New Currents Award, New Currents Audience Award, NETPAC Award, dan FIPRESCI Award.
Film “Penyalin Cahaya” diperkuat oleh jajaran aktor-aktris muda maupun senior, serta para kru berpengalaman dalam industri film Indonesia.
Di tengah lesunya perfilman Indonesia akibat kondisi pandemi, Rekata Studio dan Kaninga Pictures tetap terus berkarya dengan melakukan produksi film “Penyalin Cahaya” yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Secara berkala, film “Penyalin Cahaya” bakal mengumumkan jajaran pemain lainnya dan sejumlah informasi menarik.
Informasi terbaru tentang film “Penyalin Cahaya” juga dapat diakses melalui akun media sosial di Instagram, Twitter, Website, dan juga YouTube Rekata Studio.
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |