Pasalnya, bila kelebihan dosis kamfer bisa mengakibatkan iritasi lambung, mual, dan muntah.
Bahkan, bisa terjadi keracunan hati dan bila menembus plasenta, bisa menyebabkan kematian janin.
Cerita seram menyangkut kamfer sebenamya sudah pernah diangkat dalam sebuah literatur ilmiah tahun 1954.
Di situ dipaparkan bagaimana seorang bayi berusia 19 bulan menelan sesendok teh (5 ml) kamfer oli (setara 1 g kamfer).
Setelah tiga jam, timbul gejala keracunan berupa muntah hebat, kejang dan koma, sampai akhirnya bayi malang itu meninggal.
Dalam tubuhnya ditemukan tekanan intrakranial (tekanan pada tengkorak).
Ada lagi seorang bayi lain berusia dua bulan menderita gejala keracunan setelah diberi obat batuk mengandung kamfer.
Untunglah ia berhasil ditolong.
Kamfer, walaupun berasal dari bahan alami, jangan dianggap tidak berbahaya.
Secara umum keracunan kamfer pada dosis kecil akan menimbulkan gejala rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, tercium bau kamfer pada napas, rasa haus, dan muka tebal.
Pada dosis besar, bahkan bisa terjadi spasme, kejang tidak spesifik, napas lambat, mual dan muntah, rasa sakit pada lambung, tekanan nadi cepat, malas, dan perilaku irasional.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |