Kala itu usianya 87 tahun, didiagnosis mengalami demensia, diabetes, dan komplikasi penyakit lainnya.
Puryear, putrinya, tinggal tak jauh dari tempat Rebecca Zeni mendekam.
Ruam di kulit Zeni mulai bermunculan pada medio 2013, tepat saat wabah penyakit kudis menyerang Panti Jompo Shepperd Hills.
Departemen Kesehatan Masyarakat Georgia mencatat sepuluh pasien dan sepuluh staff panti jompo mengalami ruam di kulit mereka, beberapa didagnosis sebagai kudis.
Saat itu, kondisi Zeni kian waktu kian memburuk.
Ruam di tubuhnya menyebar ke kulit, leher, dada, bahu, lengan hingga punggung.
Seorang dokter memerintahkan agar ia diberi Ivermectin, obat infeksi cacing dan krim Elimite yang digunakan untuk mengobati kudis. Nahas, staff panti jompo tak memberikan perawatan dan obat-obatan yang dianjurkan dokter itu, menilik catatan pengadilan.
Menahun mengalami penderitaan tak terperi, Zeni akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 2 Juni 2015.
Dari hasil pemeriksaan otopsi, diketahui ia meninggal sebab virus Staphylococcus aureus septicaemia, kudis berkusta yang kerap menyerang orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk, semacam orang berusia lanjut.
Sementara itu, menurut catatan Departemen Kesehatan Masyarakat Georgia, penyakit kudis menyebar dengan begitu cepat di panti jompo dan penjara. (*)
Mendadak Catwalk, Fitri Tropica Bangga Berhasil Ajak sang Suami Tampil Jadi Model
Source | : | The Washington Post |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |