“Ibu saya, Siti Rohima, yang selalu kasih semangat. Saya bisa menggambar jadi itulah talenta saya, harus percaya diri karena kita punya skill yang tidak kalah dengan orang normal."
"Ibu bilang saya punya talenta yang membuat saya bisa bersekolah di mana saja,” kata Lili, yang berasal dari Desa Pepe, Kecamatan Sedati, Sidoarjo ini.
Setelah selesai SMA di Yayasan Bakti Luhur Surabaya, Lili sukses menempuh kuliah di Universitas Widya Mandala di Surabaya jurusan Psikologi dengan lulus dalam waktu tempuh studi normal.
Lili juga dikenal sangat jago menggunakan bahasa isyarat mulut dan juga mengetik dengan menggunakan stik yang ia gerakkan melalui mulutnya.
Seperti orang normal mengetik cepat dengan jarinya, Lili sanggup sangat cepat menggerakkan stik dengan mulutnya untuk mengetuk-ngetuk keyboard laptop.
Tapi dunia pekerjaan tetap lah bukan dunia yang ramah untuk seorang tuna daksa seperti Lili.
Lili bekerja di sebuah yayasan difabel dengan jumlah siswa yang sangat terbatas, sebuah staf HRD.
Bekerja dari rumah, Lili mendapat pendapatan tak sampai Rp 1 juta sebulan.
Memiliki seorang adik hanya berjarak 1 tahun, Lili ingin sekali seperti adiknya yang sudah bekerja dengan gaji lebih baik dan bisa membantu orang tuanya.
Menimpali paparan Lili, Praktisi Internet dari KEDATA, Anggoro, yang menjadi salah satu penanggap dalam diskusi bersama wartawan itu, mengatakan bahwa internet sebenarnya memungkinkan untuk memberi ruang bagi semua kalangan termasuk penyandang disabilitas.
Hartanya Terkuras saat Nyaleg, Artis Ini Tak Gengsi Banting Stir Jadi Pramusaji: Buat Anak Istri
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |